Sukses

Kinerja Vaksin Sinovac Terbilang Baik di Indonesia, Bagaimana di Negara Lain?

Kinerja vaksin Sinovac yang sejauh ini aman dan dapat memusnahkan COVID-19 di antara petugas kesehatan di Indonesia menjadi sebuah tanda yang menggembirakan bagi lusinan negara berkembang lainnya.

Liputan6.com, Jakarta Kinerja vaksin Sinovac yang sejauh ini aman dan dapat memusnahkan COVID-19 di antara petugas kesehatan di Indonesia menjadi sebuah tanda yang menggembirakan bagi lusinan negara berkembang lainnya.

Indonesia melacak 25.374 petugas kesehatan di ibu kota Jakarta selama 28 hari setelah mereka menerima dosis kedua dan menemukan bahwa vaksin tersebut 100 persen melindungi para penerima vaksin dari kematian.

Vaksin ini juga berhasil menghindarkan 96 persen penerimanya dari rawat inap. Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam sebuah wawancara pada Selasa, (11/5/2021).

Budi juga mengatakan bahwa 94 persen pekerja kesehatan telah terlindungi dari infeksi. Ini merupakan hasil yang baik bahkan lebih dari apa yang diukur dalam berbagai uji klinis.

“Kami melihat penurunan yang sangat-sangat drastis dalam rawat inap dan kematian di antara pekerja medis,” ujar Budi mengutip Bloomberg.com Rabu (12/5/2021).

Data ini mendukung temuan Brasil terkait Sinovac yang lebih efektif daripada yang dibuktikan dalam fase pengujian yang meliputi tingkat efektivitas dan pertanyaan mengenai transparansi data.

Juru bicara Sinovac di Beijing mengatakan perusahaan tidak dapat mengomentari studi Indonesia sampai memperoleh rincian lebih lanjut.

Dalam wawancara terpisah dengan Bloomberg Selasa, CEO Sinovac Yin Weidong membela perbedaan dalam data klinis dan mengatakan ada bukti yang berkembang bahwa CoronaVac berkinerja lebih baik ketika diterapkan di dunia nyata.

Namun, contoh di dunia nyata juga menunjukkan bahwa kemampuan suntikan Sinovac untuk memadamkan wabah membutuhkan sebagian besar orang untuk divaksinasi, sebuah skenario yang tidak dapat dicapai oleh negara berkembang dengan infrastruktur kesehatan yang buruk dan akses terbatas ke suntikan.

Dalam studi pekerja kesehatan Indonesia dan studi lainnya di kota Brasil yang berpenduduk 45.000 orang, hampir 100 persen orang yang diteliti telah divaksinasi penuh dengan penyakit serius dan kematian menurun setelah mereka diinokulasi.

Simak Video Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Sebaliknya

Sebaliknya, Chili mengalami wabah yang muncul kembali setelah memvaksinasi lebih dari sepertiga dari populasi yang totalnya 19 juta.  

“Kelompok orang yang paling awal divaksinasi di Chili adalah orang tua. Kurang dari 15 juta dosis yang diberikan ke Chili berarti hanya 7 juta orang yang bisa mendapatkan suntikan kami. Itu sama dengan 36 persen dari populasi 19 juta,” kata Yin.

“Itu normal bahwa negara melihat kebangkitan infeksi karena aktivitas sosial meningkat di antara orang-orang muda yang sebagian besar tidak diinokulasi,” tambahnya.

Di antara orang yang divaksinasi CoronaVac di Chili, 89 persen terlindungi dari COVID-19 gejala serius yang membutuhkan perawatan intensif, kata Yin.

Perlindungan vaksin kemungkinan akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain karena varian virus, tetapi suntikan Sinovac tampaknya bertahan dengan baik terhadap mutasi baru yang menjadi perhatian, katanya.

Pertanyaan kunci untuk semua vaksin COVID-19 adalah apakah mereka dapat mencegah atau menghalangi penularan virus yang sebenarnya. Yin mengatakan pada Selasa bahwa Sinovac belum mengetahui pasti apakah vaksin yang disuntikkan dapat menghentikan atau mengurangi penularan virus sejak awal.

Namun, fakta bahwa vaksin tersebut dapat mencegah penyakit serius dan mengurangi angka kematian dirasa lebih penting, pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Infografis Perbandingan Vaksin COVID-19 Sinovac dengan AstraZeneca