Sukses

Kajian Cepat Balitbangkes: Vaksin Sinovac Efektif Cegah Perawatan dan Kematian Akibat COVID-19

Balitbangkes melaporkan bahwa kajian cepat yang mereka lakukan menunjukkan bahwa vaksin Sinovac efektif mencegah gejala, perawatan, dan kematian akibat COVID-19

Liputan6.com, Jakarta Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa vaksin COVID-19 Sinovac efektif mencegah kematian dan perawatan akibat infeksi virus Corona, pada kelompok tenaga kesehatan.

Temuan itu dilaporkan berdasarkan hasil kajian cepat yang dilakukan Balitbangkes pada 128.290 tenaga kesehatan (nakes) di atas 18 tahun, di DKI Jakarta selama periode 13 Januari sampai 18 Maret 2021.

Studi cepat ini rata-rata melibatkan nakes berusia di atas 30 tahun atau sekitar 33 sampai 35 tahun, dengan sekitar 60 persen adalah perempuan, serta menggunakan desain kohor retrospektif dan menggunakan data sekunder vaksinasi, PCR, dan perawatan rumah sakit.

Para tenaga kesehatan yang dianalisis dalam kajian cepat ini sendiri adalah mereka yang tidak memiliki riwayat COVID-19 dalam satu bulan sebelum mendapatkan vaksinasi.

Ketua Tim Peneliti Efektivitas Vaksin Kemenkes Pandji Dhewantara mengatakan dalam studinya dilaporkan bahwa vaksin Sinovac dosis lengkap 94 persen efektif mencegah COVID-19 bergejala, pada hari ke-28 sampai 63 setelah pemberian dosis kedua.

Dalam konferensi pers daring pada Rabu (12/5/2021), Pandji juga memaparkan bahwa dari 28.055 nakes yang belum divaksin, sebanyak 2.431 orang terinfeksi COVID-19. Sementara dari 8.458 nakes yang baru mendapat vaksin pertama, 657 orang positif COVID-19.

Sedangkan, pada 91.777 nakes yang telah menerima dosis lengkap vaksin, sebanyak 521 orang dinyatakan positif COVID-19 bergejala.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Perawatan dan Kematian Akibat COVID-19

Selain itu, Pandji juga mengatakan bahwa vaksin Sinovac juga dilaporkan 96 persen efektif dalam mencegah perawatan akibat COVID-19, pada hari ke-28 setelah dosis kedua.

Di kelompok ini, dari 28.055 nakes yang belum divaksin, 102 dirawat karena COVID-19. Sementara dari 8.458 nakes yang mendapat dosis pertama, 24 orang yang terinfeksi menjalani perawatan. Pada 91.777 nakes yang menerima dosis lengkap, hanya 7 orang yang dirawat karena virus corona.

"Vaksinasi pemberian dosis pertama itu belum cukup melindungi meskipun sudah cukup berbeda dengan kelompok yang belum divaksin," kata Pandji. "Namun apabila masyarakat sudah menerima vaksinasi penuh, itu akan jauh lebih efektif menurunkan risiko COVID-19 maupun risiko perawatan.

Pandji juga melaporkan bahwa vaksinasi dengan vaksin Sinovac 98 persen efektif dalam mencegah kematian akibat penyakit tersebut, pada hari ke-28 hingga 63 hari setelah pemberian dosis kedua.

Dari 28.055 nakes yang belum divaksin, 17 orang meninggal karena COVID-19. Sementara dari 8.458 nakes yang hanya mendapat dosis pertama, 3 orang meninggal dunia. Pada 91.777 nakes yang menerima dosis lengkap, hanya 1 yang meninggal karena virus corona.

Beberapa keterbatasan studi ini terkait inakurasi waktu terjadinya kejadian sakit yang sesungguhnya, analisa yang mengacu tanggal pelaporan dan periode pengamatan yang ditentukan, serta kemungkinan terjadinya under-testing dan testing hanya dilakukan pada yang bergejala.

"Di balik keterbatasan ini kita melihat informasi yang sangat penting bagi masyarakat maupun bagi pemerintah dalam hal menentukan langkah-langkah strategis apa yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat pemberian vaksinasi di masyarakat, khususnya nanti di masyarakat umum."

3 dari 3 halaman

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca