Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan agar daerah tidak memperkecil jumlah testing atau pemeriksaan COVID-19 demi masuk ke zona hijau, bahkan meminta agar hal itu ditingkatkan lebih agresif.
Hal tersebut disampaikan Menkes dalam Launching Gebyar Vaksinasi COVID-19 Bagi Lansia mengingat saat ini beberapa mutasi baru dan varian corona penyebab COVID-19 sudah masuk ke Indonesia.
Baca Juga
"Kalau virus yang sekarang dari 1 naik jadi 4, dari 4 naik jadi 16, yang baru tidak seperti itu, dari 1 naik jadi 50, dari 50 naik 2.500. Jadi kecepatan penularannya tinggi sekali," kata Budi pada Selasa (18/5/2021).
Advertisement
Budi pun mengatakan bahwa menggunakan masker dan protokol kesehatan masih menjadi cara bagi masyarakat demi mencegah penularan virus corona yang sudah bermutasi ini.
Sementara bagi Dinas Kesehatan, Menkes meminta agar daerah meningkatkan jumlah testing (pemeriksaan) dan tracing (telusur) untuk COVID-19.
"Terutama anggota Forkopimda. Banyak Forkopimda karena mengejar hijau, kuning, merah, inginnya hijau testing-nya dibuat sedikit. Itu bisa meledak, bahaya, apalagi dengan adanya virus baru. Kita mesti lebih agresif testing," kata Menkes.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Ibaratkan Testing dan Tracing Sebagai Intelijen
Menkes pun mengibaratkan bahwa pemeriksaan dan penelusuran seperti sebuah intelijen. "Kalau intel kita lemah, kelihatannya bagus. Tahu-tahu teroris masuk, bom-nya meledak," kata Budi Gunadi.
Menkes juga mengungkapkan dia sudah mengatakan ke Presiden Joko Widodo, Menko Perekonomian/Ketua KPCPEN Airlangga Hartarto, dan Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo untuk menegur daerah apabila positivity rate-nya tinggi.
"Saya sudah bilang ke Bapak Presiden, jangan tegur kepala daerah kalau kasus terkonfirmasinya tinggi, tapi tegur kepala daerah kalau positivity rate-nya tinggi," kata Menkes.
"Saya sudah bilang ke pak Airlangga, ke pak Doni, jangan tegur kepala daerah kalau terkonfirmasinya tinggi, tapi ditegur kalau positivity rate-nya 25 persen, 30 persen."
Menurut Budi, apabila positivity rate suatu daerah tinggi, maka hal itu menunjukkan kurangnya pemeriksaan di daerah tersebut dan banyak orang-orang yang terpapar COVID-19 tetapi tidak teridentifikasi.
Advertisement