Liputan6.com, Jakarta- Seorang wanita Australia menjadi viral di TikTok karena mendokumentasikan pengalamannya setelah bangun dari operasi amandel. Ia jadi memiliki aksen Irlandia, meskipun dirinya mengaku belum pernah ke negara tersebut.
Wanita yang bernama Angie Yen ini dalam postingan berikutnya menjelaskan bahwa ia telah mencoba mencari ahli saraf yang bisa mengatasi masalahnya ini. Sayangnya belum ada yang berhasil.
Baca Juga
Namun dari komentar-komentar yang ada, Angie mengetahui bahwa seiriing waktu aksen Australianya akan kembali. Komentar tersebut cukup membuat Angie merasa lebih baik.
Advertisement
Dilansir dari Health, apa yang Angie alami ini disebut sindrom aksen asing yang penyebabnya masih belum diketahui oleh para ilmuwan. Namun ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui terkait sindrom ini.
Menurut University of Texas Dallas, sindrom aksen asing adalah gangguan bicara yang membuat seseorang terdengar seperti memiliki aksen dari negara lain. Sementara menurut laporan yang diterbitkan dalam Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry menyebut kondisi tersebut sebagai konsekuensi yang tidak biasa dari kerusakan neurologis struktural dan kadang-kadang dapat mewakili gangguan neurologis fungsional.
Â
Simak Video Berikut Ini:
Tentang sindrom aksen asing
Kasus pertama sindrom aksen asing dilaporkan pada tahun 1907 dan hanya sekitar 100 orang yang telah didiagnosis dengan kondisi tersebut, dikutip dari Mayo Clinic.
Beberapa laporan lain yang dipublikasikan di berbagai jurnal kedokteran juga menunjukkan adanya sindrom aksen asing. Ssalah satunya sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2008 memaparkan kisah seorang wanita yang mengalami gangguan panik, kemudian masalah bicara, dan kemudian sindrom aksen asing setelah kematian ayahnya. Lalu ada meta-analisis yang diterbitkan di Frontiers in Human Neuroscience pada 2016 yang melacak 105 kasus sindrom aksen asing antara 1907 dan 2014.
Jadi meskipun jarang, namun sindrom aksen asing bisa saja terjadi.
Berdasarkan Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry, orang-orang dengan sindrom ini mengalami migrain atau sakit kepala parah, stroke, pembedahan atau cedera pada mulut atau wajah dan kejang sebagai pemicu sindrom ini.
Mengingat ini adalah kondisi langka, sulit untuk mengetahui secara pasti. Namun, para ahli menemukan 49 orang di dunia yang mengaku memiliki kondisi tersebut mengalami berbicara dengan aksen yang berbeda selama dua bulan hingga ada yang bertahan aksennya sampai 18 tahun.
Sementara menurut University of Texas Dallas, perawatannya sebagian besar melibatkan terapi bahasa wicara sebagai upaya mengubah cara seseorang mengucapkan vokal dan konsonan tertentu. Atau mengobati pemicu perubahan aksen dianggap dapat membantu mengatasi sindrom ini. Namun itu artinya juga bahwa kondisi ini masih menjadi teka-teki bagi banyak peneliti.
Advertisement