Liputan6.com, Jakarta - Terkait keamanan vaksin COVID-19, Ketua Komisi Daerah (Komda) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Provinsi DKI Jakarta dr Ellen Roosiati Sianipar, SpA memastikan setiap vaksin yang diberikan aman. Hal itu karena vaksin telah melewati sejumlah tahapan penelitian ilmiah.
"Semua vaksin sudah diuji coba, melalui tiga fase dan dipastikan aman," ucap Ellen dalam Dialog #tanyaIDI episode 10 dengan tema Apakah Vaksin AstraZeneca Aman?, Kamis (20/5/2021) malam.
Baca Juga
Menurutnya, KIPI yang terjadi umumnya non-serius. Seperti umumnya jika menerima injeksi muncul rasa nyeri atau demam. Adapun, KIPI serius itu yang jadi perhatian, semisal keluhan berlanjut dan memerlukan perawatan.
Advertisement
Ellen mengatakan, sejauh ini hanya menerima laporan kecil KIPI dibandingkan jumlah yang orang yang divaksinasi.
"Hingga sejauh ini yang kita terima laporan kecil dibandingkan jumlah orang yang telah divaksinasi. Meski kecil kami tetap tindak lanjuti dengan melakukan pengkajian," ujar Ellen.
Dia menjelaskan, untuk menjamin keamanan sebelum vaksinasi, petugas juga telah memberitahu kepada masyarakat bila ada gejala seperti demam, menggigil, mual, atau muntah dianjurkan minum obat. Jika gejala berlanjut, ada nomor telepon yang bisa dihubungi. Atau kalau bisa langsung menghubungi puskesmas.
"Kalau ada gejala dianjurkan minum parasetamol dulu tapi kalau berlanjut hubungi faskes terdekat. Kalau di Jakarta, semua puskesmas siap atau UGD terdekat. Pasti dilayani," katanya.
Â
Â
Soal Warga yang Meninggal Usai Vaksinasi
Sementara mengenai warga yang meninggal dunia setelah vaksinasi, Ellen mengatakan hingga saat ini pengkajian atas hal tersebut masih berlangsung. Menurutnya, peristiwa itu termasuk KIPI serius. Ellen menyebut, dalam 24 jam pihaknya langsung melakukan investigasi, mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan melakukan pengkajian.
"Sudah dua kali pengkajian dengan Komnas KIPI, kita juga telah menemui keluarga untuk mengetahui kronologis. Sampai sekarang belum selesai, investigasi masih dilanjutkan," ujarnya.
Pasca peristiwa tesebut, Ellen mengatakan pemerintah pun sigap menunda distribusi batch CTMAV547 vaksin AstraZeneca untuk dilakkan uji toksisitas dan sterilitas oleh BPOM. Hal tersebut merupakan upaya kehati-hatian guna memastikan keamanan vaksin.
"Saat ini batch itu juga tengah diteliti lebih lanjut, butuh waktu dua atau tiga minggu," tuturnya.
Ellen mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah lebih dulu diberikan di Sulawesi. Bahkan vaksin tersebut sudah diberikan pada anggota TNI/Polri di Jakarta pada Maret. Sejauh ini, menurut Ellen tidak ditemukan kasus serius.
Advertisement
Mekanisme Kerja Investigasi KIPI
Dia pun memaparkan mekanisme kerja investigasi jika ada laporan KIPI serius. Biasanya laporan bisa berasal dari laporan masyarakat, fasilitas kesehatan, atau dokter. Bisa dari manasaja. Setelah itu pihaknya melengkapi laporan dan dilanjutkan investigasi dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.
Termasuk jika hingga pasien dirawat, Komda KIPI perlu menemui dokter yang merawat, datang ke RS, menemui keluarga. Setelah lengkap dikaji dengan para ahli, seperti penyakit dalam danhematologi. "Kemudian diputuskan apa sebab sebenarnya," kata Ellen.
Ellen mengatakan, sejauh ini yang terjadi koinsiden, artinya tidak berhubungan dengan vaksin. Jadi memang terjadi gejala bersamaan tetapi sebetulnya tidak disebabkan oleh vaksin.Dia berharap, jika menemukan informasi soal KIPI terlebih dahulu harus dicek kebenarannya.
Tahun 2017 lalu juga ada vaksinasi MR, banyak informasi yang simpang siur yang menyebabkan masyarakat takut. "Jangan panik. Di sekitar kita ada faskes, ada dokter dan tenaga kesehatan yang bisa ditanya," katanya.
Infografis
Advertisement