Liputan6.com, Jakarta Media sosial banyak digunakan sebagai tempat untuk tetap terhubung dengan orang lain. Namun di satu sisi, ada dampak buruk media sosial yang bisa timbul dari penggunaannya yang berlebihan.
Neha Chaudhary, psikiater anak dan remaja di Massachusetts General Hospital dan Harvard Medical School, bahkan menyebut bahwa dari perspektif kesehatan, media sosial adalah pedang bermata dua.
Baca Juga
Menurut Chaudhary, media sosial membantu orang tetap terhubung dan memerangi kesepian. Hal ini baik untuk kesehatan karena menurut studi, isolasi sosial dan kesepian dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Advertisement
"Di sisi lain, media sosial sering dikaitkan dengan cyberbullying, perbandingan sosial, dan fenomena lain yang dapat merusak kesejahteraan kita," katanya seperti dikutip dari Insider pada Kamis (10/6/2021).
Mengutip Cleveland Clinic, terapis kesehatan perilaku Jane Pernotto Ehrman mengatakan, detoks media sosial bisa jadi salah satu hal yang patut dipertimbangkan jika mulai merasakan dampak buruk media sosial.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Manfaat Jeda dari Media Sosial
Menurut Ehrman, detoks media sosial sebenarnya hanya istirahat dari media sosial. Anda dapat menentukan berapa lama itu dilakukan dan bagaimana caranya. Anda juga bisa memilih untuk mengumumkannya atau pergi begitu saja.
"Menjauh dari media sosial adalah cara yang bagus untuk mendapatkan gambaran realitas yang lebih baik," katanya. "Ini baik untuk kesehatan mental dan sosial kita, tetapi tidak harus selamanya. Idenya adalah Anda lebih sadar soal itu."
Dikutip dari Insider, ada beberapa tanda yang bisa diperhitungkan, ketika Anda mulai berpikir untuk melakukan istirahat sejenak dari media sosial.
1. Tidak menyenangkan lagi
Media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter, dibuat untuk memberikan kesenangan lewat terhubung dengan teman dan keluarga. Jika itu sudah tidak jadi sumber kebahagiaan dan koneksi lagi, mungkin mulailah berpikir untuk berhenti melakukannya sejenak.
2. Anda membandingkan diri dengan orang lain
Menurut Katara McCarty, pendiri aplikasi kesejahteraan untuk wanita kulit berwarna EXHALE, jika seseorang merasa tidak cukup baik atau cukup sukses saat mengonsumsi apa yang disajikan, pertimbangkan untuk istirahat.
"Jika Anda menemukan bahwa Anda merasa lebih buruk tentang diri sendiri setelah berada di media sosial, maka itu bukan sumber yang menambah kesejahteraan emosional Anda," katanya.
Advertisement
Terus Menerus Menelusuri Media Sosial
3. Doomscrolling
Doomscrolling dapat diartikan sebagai terus menerus menelusuri media sosial. Anda mungkin dapat melakukannya hingga waktu yang lama, tanpa disadari.
4. Hal terakhir yang dilihat di malam hari
Melihat ponsel sebelum tidur bisa mengganggu tidur karena dapat membuat pikiran tetap aktif dan terjaga. Cahaya biru dari gawai juga dapat menekan melatonin, hormon yang bertanggung jawab untuk mengendalikan tidur.
5. Berubah jadi aktivitas yang harus dilakukan
"Ini adalah aturan praktis yang berguna untuk memutuskan istirahat," kata Chaudhary. "Jika Anda kadang-kadang menggunakannya untuk tetap terhubung atau meningkatkan hidup, itu bagus untuk dilakukan."
Namun jika Anda menggunakannya sebagai cara yang tidak sehat untuk mengatasi kecemasan atau merasa tertekan jika tidak melakukannya, hal itu bisa jadi tanda bahwa Anda perlu jeda sejenak.
Infografis Mekanisme Virtual Police Awasi Pengguna Media Sosial
Advertisement