Liputan6.com, Jakarta Munculnya bakteri resistan atau kebal terhadap antimikroba bisa hadir dari penggunaan antibiotik yang tidak bijak di masyarakat.
Data dari World Health Organization (WHO) melaporkan, penggunaan antibiotik meningkat 91 persen secara global, dan meningkat 165 persen di negara-negara berkembang pada periode 2000 hingga 2015.
Baca Juga
Situasi ini membuat antimicrobial resistance (AMR) meningkat dan membuatnya dinobatkan sebagai salah satu dari sepuluh ancaman kesehatan global paling berbahaya di dunia.
Advertisement
Imran Agus Nurali, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Ditjen Kesmas, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun mengatakan bahwa masyarakat bisa mulai menggunakan antibiotik secara bijak dengan prinsip 5T.
5T tersebut adalah:
- Tidak membeli antibiotik sendiri tanpa resep dokter,
- Tidak menggunakan antibiotik untuk infeksi selain bakteri,
- Tidak menyimpan antibiotik di rumah,
- Tidak memberikan antibiotik sisa ke orang lain, dan
- Tanyakan pada apoteker informasi obat antibiotik.
"Kadang-kadang ada sisa di rumah disimpan, yang seharusnya bisa untuk 10 hari, merasa 3 hari sudah sembuh sehingga distok. Sisanya disimpan untuk dia atau keluarganya, atau orang lain. Ini yang berbahaya," kata Imran dalam temu media virtual, Kamis (10/6/2021).
Â
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Upaya Bersama Kendalikan Penggunaan Antibiotik
Erwin Astha Triyono, dokter spesialis penyakit dalam, konsultan penyakit tropik infeksi RSUD Dr. Soetomo mengatakan, diperlukan upaya bersama untuk mengendalikan penggunaan antibiotik.
Ia mengatakan bahwa budaya menggunakan antibiotik yang bijak juga perlu ditunjang sistem promosi dan edukasi yang berkelanjutan.
"Jumlah tenaga ahli mikrobiologi atau patologi klinik perlu ditambah dan didistribusi secara merata di seluruh wilayah Indonesia," kata Erwin.
Selain itu, kelengkapan alat-alat mikrobiologi dan standarisasi nasional serta keteraturan melakukan update pola resistensi kuman juga dianggap sangat diperlukan.
"Revisi tata laksana penggunaan antibiotik juga perlu dilakukan secara berkala," imbuhnya.
Advertisement
Dari Sisi Masyarakat
Dari sisi masyarakat, Erwin mengatakan masih banyak persepsi bahwa setiap penyakit harus menggunakan obat atau antibiotik.
"Padahal banyak penyakit infeksi khususnya yang disebakan oleh virus sebenarnya bersifat self limiting disease, sehingga lebih banyak memerlukan istirahat dan nutrisi yang baik."
Menurut Erwin, banyak pasien berusaha mengobati sendiri penyakitnya dan membeli obat termasuk antibiotik di apotek. Saat penyakitnya memburuk, barulah ia berkonsultasi ke layanan kesehatan.
"Hal ini yang sering menyebabkan kuman menjadi resisten dan menimbulkan beban biaya menjadi lebih besar."
"Masyarakat perlu menggunakan antibiotik secara bijak, rasional dan tuntas supaya angka kesembuhan meningkat serta mengurangi lama rawat inap, angka kesakitan dan kematian, pembiayaan, penularan kepada orang lain dan mencegah resistensi."
Erwin mengatakan, selain meningkatkan peran semua pihak, termasuk pemerintah lintas kementerian dan swasta dalam program pengendalian resistansi antibiotik, peningkatan implementasi program di semua fasilitas kesehatan juga penting untuk dilakukan.
Infografis 6 Cara Ini Bisa Cegah & Obati Pasien Covid-19?
Advertisement