Sukses

Mengenal Oksimeter dan Manfaatnya bagi Pasien COVID-19

Dalam penanganan kasus COVID-19, penggunaan berbagai alat kesehatan salah satunya oksimeter sangat diperlukan.

Liputan6.com, Jakarta Selama pandemi COVID-19 oksimeter tampaknya jadi salah satu alat yang banyak dimiliki masyarakat. Dalam penanganan kasus COVID-19, penggunaan berbagai alat kesehatan salah satunya oksimeter (oximeter) sangat diperlukan.

Menurut Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DR. dr. Chistrijogo S.W, Sp. AN., KAR., oksimeter atau pulse oximetry adalah alat pengukur kadar oksigen yang dijepitkan di jari tangan.

Alat pengukur oksigen ini digunakan sebagai upaya monitoring kadar saturasi oksigen termasuk pada pasien COVID-19 yang memiliki masalah dengan pernapasan.

“Sebab, jika saturasi oksigen dibiarkan tidak terdeteksi, bisa menyebabkan kematian,” kata Christijogo dalam video yang diunggah pada 16 Juli 2020 di kanal YouTube IDI Surabaya dikutip Jumat (11/6/2021).

Simak Video Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Cocok untuk Pasien Happy Hypoxia

Pada pertengahan 2020, oksimeter menjadi salah satu alat kesehatan yang menarik perhatian. Pasalnya, kala itu sedang ramai diperbincangkan gejala COVID-19 yang disebut Happy Hypoxia.

Menurut Tim Ahli Gugus Tugas COVID-19 Jawa Tengah DR. dr. Budi Laksono, MHSc, Hypoxia adalah suatu kondisi tidak cukupnya oksigen yang masuk ke sel dan jaringan di tubuh. Hypoxia terjadi ketika kadar oksigen sangat rendah dalam darah, membuat jaringan tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen.

Sedang, istilah “Happy” digunakan karena pada saat terjadi Hypoxia, pasien tidak menyadari dan tidak merasakan gejala apapun hingga tiba-tiba kadar oksigennya menjadi sangat rendah. Itulah yang membedakan antara Happy Hypoxia dengan Hypoxia biasa, katanya.

“Pemeriksaan pulse oximetry adalah salah satu cara mudah dan disarankan bagi pasien yang mengalami Happy Hypoxia,” ujar Budi kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks.

3 dari 4 halaman

Cegah Kematian

Budi melanjutkan, beberapa pasien dengan Happy Hypoxia dapat terlihat baik-baik saja, padahal memiliki kadar oksigen yang rendah dan ini tanpa disadari bisa menimbulkan kematian.

Orang sehat biasanya memiliki saturasi oksigen tepi 95. Namun, ada pasien tanpa gejala yang kadar oksigennya turun 70 sampai 80 persen, ini tidak ditemukan pada kondisi penyakit influenza biasa, kata Budi.

Salah satu upaya mencegah terjadinya penurunan oksigen tanpa disadari hingga menimbulkan kematian adalah dengan memasang oksimeter. Dengan alat ini, kadar saturasi oksigen pasien dapat selalu terpantau.

“Cara mudah untuk mengetahui kekurangan oksigen pada kondisi COVID-19 itu adalah melakukan pemeriksaan pulse oximetry dengan memasang oksimeter di jari. Jadi, pasien COVID-19 itu harus selalu dilakukan pemeriksaan.”

4 dari 4 halaman

Infografis Jurus Lolos Malapetaka COVID-19 Akibat Kerumunan