Liputan6.com, Illinois - Warga Negara Indonesia (WNI) yang saat ini berada di Amerika Serikat, Fitri Safira, bercerita tentang pengalaman dia melakukan vaksinasi COVID-19 di Kota Carbondale, di negara bagian Illinois.
Fitri yang datang ke Amerika Serikat pada 2019, mengatakan, tidak sulit bagi dia dan suami untuk memeroleh suntikan vaksin Corona. Cukup menyerahkan nama, tanggal lahir, dan alamat saat datang ke sentra vaksinasi COVID-19.
Baca Juga
Menurut Fitri, data COVID-19 di Negara Paman Sam tersebut tersentralisasi dengan baik, termasuk data vaksinasi.
Advertisement
"Kalau Biden buka data vaksinasi, dia bisa melihat data yang sama dengan yang Dinas Kesehatan Kabupaten Jackson lihat," kata Fitri saat berbincang dengan Health Liputan6.com pada Rabu, 23 Juni 2021.
"Cukup bawa KTP atau SIM atau paspor ke site vaksinasi terdekat, langsung cus disuntik vaksin," katanya.
Tidak hanya itu, setiap hari Selasa selama beberapa minggu, penerima vaksin akan menerima Health Questionnaire mengenai efek vaksin COVID-19 yang harus diisi. Ini berlangsung sampai dua bulan setelah vaksinasi terakhir.
Pertanyaan yang diajukan seperti gejala apa yang dirasakan setelah vaksinasi. Misalnya demam, body ache, dan lain-lain. Dan, seberapa parah gejalanya, pilihanya severe, moderate, mild.
Pun dampak terhadap aktivitas sehari-hari juga ditanyakan. Pilihannya, tidak bisa beraktivitas normal sama sekali, bisa beraktivitas tapi tidak maksimal, bisa beraktivitas normal seperti biasa.
"Jadi, kalau ada isu-isu KIPI, semua tercatat dan kalau ada kasus ekstrem dari vaksin tertentu, bisa langsung di-recall vaksinnya," kata Fitri.
Â
Simak Video Berikut Ini
Ketika Vaksinasi Diperuntukkan untuk Massal
Lebih lanjut Fitri, mengatakan, memasuki bulan April, vaksinasi COVID-19 diperuntukan untuk massal. Sebelumnya hanya untuk orang-orang di fase 1a dan 1b, seperti tenaga kesehatan atau pekerja lini pertama lainnya.
Ketika vaksinasi COVID-19 massal dilaksanakan, warga pun mencari info tempat-tempat vaksinasi di situs departemen kesehatan wilayah masing-masing.
"Nanti ada infonya, site vaksinasi tiap county ada di mana saja. Kalau di Indonesia setara kotamadya atau kabupaten gitu," katanya.
"Nanti ada link pendaftaran untuk appointment vaksin atau nomor telepon. Kita bisa daftar dan bikin appointment, lalu nanti dikasih tahu via email atau SMS, datangnya jam berapa ke site vaksinasi. Tujuannya untuk mengurangi kerumunan," Fitri menambahkan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Fitri mengatakan bahwa warga pun bisa datang langsung tapi harus mengantre.
Setiba di tempat vaksinasi, petugas memintanya menunjukkan identitas. Lalu ditanya tetang kondisi kesehatan. "Terus, ya sudah, divaksinasi deh," katanya.
Menurut Fitri, kalau kebetulan di tempat tersebut menyediakan vaksin lebih dari satu, calon penerima bisa memilih mau disuntik menggunakan vaksin yang mana.
"Pilihan vaksinnya ada vaksin Johnson and Johnson, Pfizer, dan Moderna. Kalau lagi adanya satu jenis vaksin doang, ya dikasih yang ada saja," katanya.
"Habis dicus vaksin, kita dikasih kartu vaksin, terus disuruh tunggu 15 menit buat memastikan tidak ada severe allergic reaction," Fitri menambahkan.
Â
Advertisement
Ke Sentra Vaksinasi Kayak Pergi ke Warung
Satu hal menarik yang Fitri ceritakan, bagaimana datang ke tempat vaksinasi seperti belanja di warung. Bagaimana tidak? Lokasi vaksinasi COVID-19 di Amerika Serikat bisa di mana saja, tidak harus di rumah sakit, di apotek pun bisa.
"Ada juga yang di tempat temporary vaccination center. Misalnya di gedung gym kampus, city hall, bahkan di beberapa kota ada vaccination center yang berlokasi di masjid," katanya.
"Makanya, di sini, vaksinasi ya kayak ke warung saja sebenarnya. Datang, tinggal bilang 'Bu, mau vaksin'. Warga tinggal isi-isi form, kasih lihat ID, jawab-jawab pertanyaan health screening question, terus disuntik. Beres deh. Si ibu warung tinggal 'Nih, kartu vaksinnya, nanti balik lagi tangga sekian buat dosis kedua," ujarnya.
Cerita Lain yang Sempat Viral
Awal 2021, viral sebuah video seorang mahasiswa, David MacMillan, yang ditawarkan vaksin Moderna saat ke apotek.
Saat itu, vaksinasi diprioritaskan untuk pekerja lini pertama. Sehingga, David dan teman-temannya belum berencana untuk divaksinasi.
Tindakan menawarkan vaksin Moderna bukan tanpa alasan. Sebab, sejumlah petugas kesehatan tidak hadir untuk menggunakan jatah vaksin mereka. Sehingga pegawai apotek menawarkannya ke David.
David akhirnya mengambil tawaran tersebut. Menurut David, berdasarkan informasi yang dia peroleh, vaksin Moderna harus disimpan pada suhu yang sangat dingin dan mudah rusak bila dikeluarkan secara tak hati-hati.
Lagipula, kata David, vaksinasi adalah hal baik dan positif.
"Kita harus bersemangat untuk dapat menangani pandemi," katanya.
Advertisement