Sukses

Kampanye Perubahan Perilaku Cegah COVID-19, Butuh Peran Tokoh Berpengaruh di Masyarakat

"Ketika kita bicara perubahan perilaku, yang paling didengar adalah orang-orang yang dikenal sekitarnya," kata Hermawan Saputra, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Orang-orang yang berpengaruh di lingkungan sekitar seperti tokoh masyarakat atau agama, dinilai sangat berperan dalam mengampanyekan perubahan perilaku mencegah COVID-19, dalam skala yang kecil namun tepat sasaran.

"Pada level individu jelas awareness dengan 5M, tapi pada level komunitas kita harus terus memperkuat basis-basis lingkungan kita," kata Hermawan Saputra, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Dalam dialog KPCPEN beberapa waktu lalu, Hermawan mengatakan bahwa baik di lingkungan kantor, pemukiman, tempat perbelanjaan, hingga perkampungan, sisi pemberdayaan, terutama peran RT dan RW haruslah diperkuat.

Menurut Hermawan, pemerintah melalui kelurahan dan kepala desa, harus bisa memberdayakan dan mengumpulkan sumber daya di desa. "Karena yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah influencer lokalnya."

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Kampanye Langsung ke Sasaran

"Ketika kita bicara perubahan perilaku, yang paling didengar adalah orang-orang yang dikenal sekitarnya. Makanya kita sebut local influencer, atau orang-orang yang berpengaruh di lingkungan terdekat," kata Hermawan.

Hermawan, mengatakan dalam kampanye perubahan perilaku di skala kecil inilah tokoh-tokoh seperti tokoh masyarakat atau tokoh agama bisa berperan.

"Tetapi modelnya tidak dalam kampanye yang terlalu lebar, tetapi kampanye yang precise, targetnya sempit, tetapi juga langsung kena sasaran."

3 dari 4 halaman

Isolasi Mandiri Berbasis Komunitas

Hermawan melanjutkan, RT dan RW pun juga harus mampu menggerakkan masyarakatnya untuk sadar protokol kesehatan. Di satu sisi, mereka juga harus melakukan sistem peringatan dini.

"Alert system kalau tiba-tiba ada warga yang sakit, terpapar COVID, di situ mampu dilokalisir, disediakan ruang-ruang isolasi mandiri, dari, oleh, dan untuk masyarakat setempat."

Hermawan mengatakan, saat ini, rumah sakit rujukan COVID-19 sudah hampir mengalami kelebihan kapasitas.

"Jadi cara kita mengaktifkan komunitas ini, sekaligus menyiapkan ruang-ruang isolasi mandiri berbasis komunitas, itu sangat signifikan untuk melandaikan atau membuat kasus ini menjadi relaksasi di pelayanan kesehatan."

4 dari 4 halaman

Infografis Kasus Covid-19 Melonjak, Rumah Sakit Terancam Kolaps