Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dr M Adib Khumaidi SpOT, melaporkan, gambaran total dokter yang meninggal akibat COVID-19 mencapai 401 orang.
Peningkatan yang cukup tinggi terjadi pada Juni. Per Juni 2021, lanjut Adib, ada sekitar 26 atau 27 dokter yang meninggal setelah berjuang melawan virus Corona penyebab COVID-19.
“Kemudian dari data perawat yang kita koordinasikan dengan teman-teman persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI) ada 315 perawat yang meninggal, tenaga laboratorium 25, dokter gigi 43, apoteker 15, dan bidan 150,” kata Adib dalam konferensi pers IDI, Jumat, 25 Juni 2021.
Advertisement
Data pasti terkait jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal akibat COVID-19 akan dilaporkan dalam keterangan pers IDI pada Sabtu, 26 Juni 2021, karena ada yang masih butuh konfirmasi.
“Ini satu kondisi yang cukup mengkhawatirkan, jauh lebih buruk dari kondisi di bulan Januari," kata Adib.
Simak Video Berikut Ini
Imbauan Adib
Melihat terus meningkatnya kasus kematian nakes akibat COVID-19, Adib mengimbau para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya untuk terus memperketat penggunaan alat pelindung diri (APD).
Selain itu, nakes juga perlu mengatur skala prioritas dalam memberikan layanan termasuk menunda operasi elektif (terencana) dan mengurangi jam praktik.
“Dan kami mengimbau kepada para dokter yang berusia di atas 65 tahun untuk tetap di rumah dan tentunya mohon bantuan jika sewaktu-waktu dibutuhkan.”
Selanjutnya, ia meminta nakes untuk mengurangi aktivitas sosial, memperketat 6 M, melaporkan perkembangan ke tim mitigasi masing-masing.
Advertisement
Laporan IDI Jabar
Dalam acara yang sama, Ketua Umum IDI Jawa Barat Dr. Eka Mulyana, SpOT., FICS., MKes., SH., MHKes menyampaikan kondisi COVID-19 di wilayah Jabar.
Menurutnya, saat ini Bed Occupancy Rate (BOR) di Jabar secara umum telah lebih dari 90 persen. Bahkan, ada beberapa rumah sakit yang sudah di atas 100 persen.
“Bahkan di pusat kota Bandung sudah 103 persen, artinya ini jauh dari standar WHO yakni 60 persen. Memang jelas sekali lonjakan COVID-19 ini terjadi di mana-mana khususnya di daerah Bandung Raya maupun Jabar pada umumnya,” kata Eka.
Jika bicara terkait BOR yang melebihi batas, maka sebetulnya sudah kolaps, tambahnya. Hal ini berpengaruh besar terhadap pelayanan dan tenaga medis.
“Apalagi dihubungkan dengan terpaparnya tenaga medis. Saat ini dokter yang sedang terpapar COVID-19 di Jawa Barat sudah lebih dari 70 orang, bahkan meningkat terus,” imbuhnya.
Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala COVID-19 Varian Alpha, Beta dan Delta
Advertisement