Liputan6.com, Jakarta - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Profesor Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH sembuh dari infeksi COVID-19. Ari membagikan informasi tersebut pada Liputan6.com melalui pesan singkat.
"Teman-teman, Alhamdulillah 2 kali PCR saya sudah negatif (PCR pertama Ct 14.3), berarti saya dinyatakan sembuh Covid-19 dalam 1 minggu. Saya mengucapkan terima kasih untuk doa teman2 semua," demikian bunyi isi pesan singkat dari Ari Fahrial yang diterima Health-Liputan6.com pada Minggu, 4 Juli 2021.
Baca Juga
Bersama pesan tersebut, Ari juga membagikan tautan video berisi tips isolasi mandiri yang dibuatnya kala menjalani masa isoman.
Advertisement
"Semoga bermanfaat untuk teman-teman yang sedang isoman...," tulisnya.
Diketahui, Ari Fahrial menjalani isolasi mandiri terkait COVID-19 sejak 26 Juni 2021. Informasi tersebut dia bagikan melalui Facebook pribadi.
Status yang ditulis Ari di Facebook pribadinya kala itu bertujuan menyemangati para tenaga kesehatan yang saat ini tengah berjibaku menangani pasien COVID-19. Dalam tulisan dia menyebut bahwa saat ini merupakan minggu-minggu terberat dalam sejarah pandemi COVID-19 di Indonesia.
Tips Isoman dari Guru Besar FKUI
Dalam video tips isolasi mandiri, Ari menyebut ada dua hal yang harus dipahami oleh individu yang terkonfirmasi positif COVID-19. Pertama, orang tersebut bisa menularkan COVID-19 karena droplet dari batuk atau pun bersin mengandung virus SARS-CoV-2.
"Pada saat batuk, bersin, atau berbicara seperti ini pun juga masih bisa menularkan kepada orang lain. Itu hal pertama yang harus diperhatikan," jelas Ari dalam video.
Kedua, pasien COVID-19 dalam masa isolasi mandiri perlu menjaga agar kondisi tidak semakin buruk. Hasil diskusi Ari bersama para pakar paru serta pengalaman pribadinya membantu menangani pasien-pasien COVID, ada tiga hal yang harus diantisipasi ketika mereka mengalami infeksi.
"Pertama, pasien-pasien COVID-19 itu pada minggu kedua akan mengalami suatu peradangan, paru khususnya, dan menyebabkan perburukan dari fungsi paru sehingga saturasi turun dan bahkan pasien ini perlu mendapatkan suplementasi oksigen dan terburuknya misalkan perlu mendapat ventilator," jelas Ari.
"Kemudian yang kedua, orang-orang yang terinfeksi virus ini secara umum mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mereka ini bisa saja mudah terinfeksi oleh infeksi yang lain. Jadi oleh karena itu juga harus dijaga dia tidak terpapar dengan infeksi-infeksi lain yang bisa memperburuk keadaan," lanjutnya.
Ketiga, menurut Ari, hal-hal yang bisa menyebabkan komplikasi pada pasien COVID-19 di minggu kedua yaitu adanya hiperkoagulasi.
"Terjadinya kekentalan darah yang bisa menyebabkan terjadinya kematian mendadak, heart attack, stroke, atau gangguan-gangguan hiperkoagulasi lainnya. Jadi ini hal-hal yang harus diantisipasi," tambah Ari.
Bagi pasien yang menjalani isolasi mandiri, cara mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut yakni dengan mencermati tempat isolasi. Pertama, menurut Ari, sebaiknya pasien tidak berbagi ruangan dengan orang lain, kecuali bagi pasangan suami istri yang sama-sama terkonfirmasi positif.
Kedua, pasien isoman perlu memastikan sirkulasi udara di ruangan tempat isolasi baik dan mendapat kecukupan sinar matahari. Dengan adanya pergantian udara yang baik serta sinar ultraviolet diharap akan membersihkan ruangan dari virus penyebab COVID-19.
Ketika menjalani isolasi mandiri, diusahakan pasien COVID-19 memiliki kamar mandi sendiri. Hal tersebut guna menghindari penularan pada anggota keluarga lainnya. Jika tidak memungkinkan, Ari mengingatkan agar kamar mandi senantiasa dibersihkan usai digunakan oleh pasien COVID-19.
"Buat yang membersihkan pun harus benar-benar memperhatikan, paling tidak dia harus menggunakan masker, kemduian dia menggunakan sarung (tangan)," jelas Ari.
Pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri juga perlu mendapat suplai makanan dan minuman. Demikian pula dengan pakaian kotor pasien perlu wadah khusus yang tertutup. Jika pasien masih memiliki tenaga, disarankan untuk mencuci pakaiannya sendiri. Jika tidak, individu yang akan mencucikan perlu menerapkan protokol kesehatan ketat (termasuk mengenakan sarung tangan) ketika mengambil pakaian kotor maupun saat mencucinya. Pakaian harus langsung direndam dalam air berisi desinfektan atau deterjen.
Sementara bagi pasien COVID-19 yang menjalani isoman, Ari mengingatkan agar menjaga diri tetap tenang dengan aktivitas bersifat rohani serta menghindari membicarakan atau berdiskusi dengan topik yang mengganggu istirahat. Dia mengingatkan agar pasien COVID-19 harus mendapatkan kecukupan tidur pada minggu-minggu pertama.Â
"Jam tidur menjadi hal yang penting. Jangan kita terjebak pada kegiatan-kegiatan yang akhirnya jam tidur kita menjadi terganggu," ucapnya.
Advertisement