Liputan6.com, Jakarta Pemeriksaan atau testing acak COVID-19, dinilai bisa mempengaruhi kedisiplinan masyarakat selama PPKM darurat. Cara ini juga dianggap bisa menjadi bentuk komunikasi nyata, selain kampanye protokol kesehatan.
"Yang menarik, masyarakat itu tidak sekadar kata-kata yang mereka inginkan," kata Hermawan Saputra, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dalam dialog virtual KPCPEN, Rabu (7/7/2021).
Baca Juga
"Anggaplah pada sudut-sudut keramaian publik ada random testing dilakukan, itu akan membuat otomatis akan segan keluar rumah." ujarnya. "Masyarakat kita itu tipikal yang takut diperiksa,"
Advertisement
Menurut Hermawan, ketika masyarakat tahu ada posko tes acak atau random testing, ini berarti mereka akan tahu jika positif, dirinya akan dipisahkan dengan keluarga.
"Ini cara-cara komunikasi yang riil, yang sebenarnya juga bagian dari fungsi testing, tracing, dan treatment, di kala memang harus kita paralelkan dengan kampanye di dalam PPKM darurat ini."
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Dua Makna dalam Menemukan Kasus Secara Cepat
Hermawan pun berharap agar skenario yang dilakukan secara maksimal oleh pemerintah daerah, juga disertai dengan adanya posko atau tempat tes acak.
Dia mengatakan, dari tes acak juga ada pesan bahwa saat rumah sakit penuh, masyarakat yang ditemukan terpapar COVID-19 karena tidak disiplin atau berkerumun, dia akan diisolasi mandiri di tempat yang terbatas secara gerak sosial.
Menurut Hermawan, upaya untuk menemukan kasus COVID-19 secara cepat sendiri memiliki dua makna. Pertama adalah untuk mengukur risiko dan mengetahui dampak pada populasi di lingkungan.
"Yang kedua memberikan efek kepada masyarakat, psikologi, karena begitu mereka keluar rumah mereka harus siap di-testing secara random sewaktu-waktu oleh pemerintah setempat," kata Hermawan.
Advertisement
Setiap Orang Harus Dicurigai
Hermawan melanjutkan, dalam ilmu epidemiologi, dalam kondisi wabah, setiap orang dalam populasi harus dicurigai terpapar penyakit.
"Jadi kalau dalam keadaan wabah seseorang harus dicurigai terpapar. Hanya persoalan testing dan diagnostik saja yang bisa membuktikan orang itu positif atau negatif," katanya.
Konsep semacam ini pun dianggap sebagai sebuah konsep dasar dalam epidemiologis.
"Sehingga kita paralel, ketika PPKM darurat bagian dari edukasi kedisiplinan termasuk menjaga jarak, menggunakan masker, dan lain-lain, juga harus kita 3T tadi," kata Hermawan.
Hermawan mengatakan, ketika dari sisi treatment fasilitas kesehatan tengah berpacu menambah fasilitas, testing dan tracing atau pelacakan pun juga harus dilakukan secara masif dan acak.
Infografis Waktu Tepat Tes Swab dan Mengulangi bila Hasilnya Negatif Covid-19
Advertisement