Sukses

IDI Sebut Varian Delta Mendominasi Lonjakan Kasus COVID-19

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut varian Delta merajai kasus lonjakan COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M. Faqih menyebut, varian Delta merajai kasus lonjakan COVID-19 di Tanah Air. Hal itu sebagaimana laporan dari para tenaga kesehatan dan peneliti.

Bahwa kecepatan penularan varian Delta sangat tinggi dan lebih menginfeksi dibanding varian lain. Bahkan kondisi sekarang, banyak pasien COVID-19 bergejala sedang, berat, dan kritis yang membutuhkan perawatan ICU di rumah sakit.

"Kami sudah mendapatkan laporan dari kawan-kawan tenaga kesehatan di lapangan. Ada juga laporan dari kawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kalau (laporan) dari Kementerian Kesehatan belum," kata Daeng dalam dialog virtual baru-baru ini, ditulis Kamis (8/7/2021).

"Diketahui memang varian Delta memengaruhi lonjakan COVID-19 sekarang. Varian ini menginfeksi 80 persen orang ketimbang varian lain."

Daeng memberikan contoh kasus pasien COVID-19 di sebuah rumah sakit. Persentase pasien yang terinfeksi varian Delta mencapai 80 persen.

"Saya kasih contoh di sebuah rumah sakit. Ada 211 pasien COVID-19. Dari jumlah itu, 160 di antaranya terinfeksi varian Delta. Kalau diambil persentase sekitar 80 persen pasien terinfeksi varian Delta," jelasnya.

 

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Varian Delta Sebabkan Perburukan Gejala

Melihat sekitar 80 persen pasien terinfeksi varian Delta, menurut Daeng M. Faqih, artinya varian delta merajai kasus lonjakan COVID-19. Ini karena kecepatan penularannya.

"Kemudian varia Delta menyebabkan perburukan gejala lebih sering. Kebanyakan kasus COVID-19 sekarang,  kasus pasien yang dirawat di rumah sakit sudah berada pada level sedang, berat, dan kritis," lanjutnya.

"Semakin banyak pasien membutuhkan pelayanan di rumah sakit dan gejala perburukan cepat."

Oleh karena itu, protokol kesehatan menjadi salah satu upaya yang harus terus dilakukan masyarakat. Upaya ini agar mencegah kasus COVID-19 naik.

"Kalau kita mau menjaga ke depannya tidak akan terjadi lonjakan seperti sekarang, maka mau tidak mau dari sisi masyarakat adalah kepatuhan melaksanakan protokol kesehatan," imbuh Daeng.

3 dari 4 halaman

Lonjakan COVID-19 Harus Diantisipasi

Menurut Daeng M. Faqih, lonjakan COVID-19 sekarang harus diantisipasi. Apalagi kasus COVID-19 nasional belum melandai. Masih terjadi penularan virus Corona yang tinggi di tengah masyarakat.

"Seperti dikatakan WHO, potensi penularan harus di bawah 1 persen atau tidak ada potensi penularan sama sekali. Kondsi kita ya harus hati-hati. Kalau tidak, lonjakan seperti sekarang ini akan berulang lagi," ujarnya.

"Apalagi di Indonesia, protokol kesehatan belum mantap, vaksinasi belum banyak. Dampaknya, bisa terjadi lagi kejutan lonjakan COVID-19."

4 dari 4 halaman

Infografis Covid-19 Varian Delta India Hantui Indonesia