Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO), mengingatkan pada Kamis (16/7/2021) bahwa pandemi COVID-19 belum selesai. Bahkan melonjak kasus positif di banyak bagian dunia meningkatkan kemungkinan munculnya varian baru yang berpotensi berbahaya di masa depan.
Hal ini disampaikan Profesor Didier Houssin, Ketua Komite Darurat COVID-19 WHO. "Pandemi belum selesai," ungkapnya seperti dikutip dari ABC News, (16/7/2021).
Baca Juga
Menurut WHO, di Afrika, kasus melampaui puncak gelombang kedua mereka selama tujuh hari yang berakhir pada 4 Juli dan jumlah kematian minggu ini naik 40 persen.
Advertisement
Di awal pandemi, hanya ada satu varian virus SARS-CoV-2. Saat virus Corona itu menyebar ke seluruh dunia, ia bermutasi. Tumbuh ribuan verian baru, beberapa di antaranya lebih menular daripada yang asli. Contohnya varian Delta yang kini menyebar di Indonesia.
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Varian Virus Baru Sulit Dikendalikan
Saat ini, ada empat varian yang menjadi perhatian. Yang terbaru, varian Delta. Varian ini pertama kali terdeteksi di India. Varian Delta telah diidentifikasi di lebih dari 111 negara dan mendominasi hampir 60 persen dari semua kasus di AS.
"Kami perkirakan itu menjadi strain dominan yang beredar di seluruh dunia," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Ketika virus terus menyebar, varian baru mungkin muncul di masa depan yang mungkin lebih sulit untuk dikendalikan, WHO memperingatkan.
Â
Advertisement
Vaksin Memperkecil Kemungkinan Virus Berevolusi
Menurut WHO, varian baru yang mungkin muncul di masa depan lebih sulit untuk dikendalikan. Vaksin menjadi salah satu alat paling penting untuk mencegah penyebaran varian SARS-CoV-2. Vaksin membuat kesempatan virus berevolusi menjadi varian baru jadi lebih kecil.
Sayangnya banyak negara tidak memiliki pasokan vaksin yang cukup. Menurut Lab Data Perubahan Global Universitas Oxford, secara global hanya 25,8 persen populasi dunia yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19.
Infografis
Advertisement