Liputan6.com, Jakarta - Tidak muncul sedikit pun keraguan di benak Nabila Mecadinisa, 32 tahun, terhadap keampuhan vaksin Sinovac sesaat sebelum melaksanakan vaksinasi COVID-19 pada April 2021.
Nabila mengaku termasuk golongan pro vaksin. Dia tak mau ambil pusing ketika segerombolan antivaksin berbicara jelek mengenai vaksin Corona.
Bahkan, ketika hasil penelitian di awal-awal menyebut efikasi vaksin Sinovac hanya 65 persen, Nabila tidak gentar sama sekali.
Advertisement
"Aku pro vaksin. Apa pun yang aku dapat, aku terima. Pas kebetulan dapatnya vaksin Sinovac, enggak masalah. Walaupun hanya dibilang beberapa persen saja, aku sih ambil-ambil saja," kata Nabila saat berbincang dengan Health Liputan6.com pada Jumat, 23 Juli 2021.
"Menurutku (waktu itu), tenaga kesehatan saja dapatnya vaksin Sinovac, masa aku pilih-pilih?" lanjut dia.
Nabila sadar betul bahwa COVID-19 yang disebabkan virus Corona atau SARS-CoV-2 adalah 'penyakit baru'. Semuanya masih belum pasti apa yang cocok dan tidak dalam memberantas musuh yang tak terlihat ini.
"Aku tuh pikirnya, daripada tidak ada proteksi sama sekali, lebih baik aku pakai yang ada walau hanya memproteksi beberapa persen saja," ujarnya.
Simak Video Berikut Ini
Vaksinasi Tak Membuatnya Cemas Saat Harus Mondar-Mandir ke Rumah Sakit
Wanita yang merintis usaha kecil-kecilan di bidang kuliner khas Korea Selatan mengaku bersyukur sudah vaksinasi COVID-19 dengan vaksin Sinovac.
Terlebih di sepanjang April hingga Juni 2021 dirinya intens mengunjungi rumah sakit guna memeriksa kondisinya. Nabila kala itu didiagnosis kanker sarkoma, tapi setelah melakukan biopsi ternyata bukan.
Saat didiagnosis kanker sarkoma pertama kali, Nabila harus seharian berada di rumah sakit. Mulai dari cek kaki sampai melakukan MRI. Dihitung-hitungnya, dia menghabiskan waktu selama empat sampai lima jam.
Terutama setelah Nabila memutuskan mencari second opinion guna memastikan kondisi yang sebenarnya, rumah sakit yang berbeda-beda dia datangi.
"Dipikir-pikir, kalau aku nggak vaksinasi, peluang kena COVID-19 lebih besar," katanya
Advertisement
Vaksin Sinovac Perlihatkan Taringnya Saat 3 ART Positif COVID-19
Lebih lanjut Nabila bercerita bagaimana vaksin Sinovac melindunginya dan keluarga saat tiga orang asisten rumah tangga (ART) di rumahnya terpapar COVID-19.
Ada tujuh orang yang berada di rumah Nabila. Dia, ayah, dua kakak, dan tiga orang ART. Semuanya sudah menerima suntikan vaksin Corona, tak terkeculi para ART. Akan tetapi hanya Nabila yang sudah memeroleh vaksin dosis penuh.
Peristiwa menggegerkan terjadi pada Sabtu pagi, 10 Juli 2021. Bermula dari ART berinisial Y yang mendadak demam dan mengaku pusing.
Siang harinya Y langsung melakukan swab test PCR. Hasil pemeriksaan yang keluar pada pukul 21.00 memerlihatkan Y positif COVID-19.
Begitu Y terkonfirmasi terpapar virus Corona, Nabila dan anggota keluarga lain langsung mengenakan masker N95 di dalam rumah. Pun dengan ART lainnya, yang kebetulan kamarnya bersebelahan dengan Y.
Namun, baru selang dua jam atau tepatnya pukul 23.00, ART 'D' diare. D oleh Nabila diberikan obat dan air putih yang banyak, dan keesokan harinya melakukan swab PCR dan ternyata positif.
Senin pagi, 12 Juli 2021, meski tidak menunjukkan adanya gejala apa pun, tapi Nabila, ayah, dua kakaknya, dan satu ART yang tersisa tetap melakukan swab test PCR. Sore hasilnya keluar, satu ART yang dipanggil bibi dinyatakan positif COVID-19 dengan Ct value 11.
"Tapi dia enggak merasakan apa pun. Tanpa gejala sama sekali," katanya.
Saat itu, Nabila sulit mencari rumah sakit untuk ketiganya. Akhirnya yang dia lakukan adalah melakukan telemedicine menggunakan aplikasi.
Kesulitan lain yang Nabila rasakan saat harus menebus antivirus sesuai resep dokter. Mencari ke banyak apotek, hasilnya nihil.
"Ya sudah, kita kasih vitamin dulu. Vitamin D, vitamin C, zink, dan salmon omega. Ini semua vitamin yang memang papa minum sejak kena COVID-19," katanya.
Ayah Nabila adalah seorang penyintas COVID-19. Pria 63 tahun dengan penyakit bawaan (komorbid) diabetes terpapar virus Corona pada Januari 2021.
Nabila, mengatakan, ayahnya dirawat selama 10 hari. Dia dirawat bukan karena kondisinya buruk, melainkan keluarga takut kalau di rumah kondisinya malah memburuk karena ada komorbid.
Kemudian, Nabila dan kakak-kakaknya coba mencarikan ART mereka hotel yang dikhususkan untuk isolasi mandiri. Lagi-lagi hasilnya nol.
Akhirnya diputuskan Y, D, dan bibi menjalani isolasi mandiri di rumah. "Kami panggil dokter ke rumah, dicek berkala saja di rumah," katanya.
Agar tak tercipta klaster keluarga, ayah Nabila kasih terpal di bagian belakang agar orang lain tidak bisa mondar-mandir ke belakang.
Hanya Nabila yang diizinkan ke belakang untuk suplai makanan serta vitamin yang harus dikonsumsi para ART.
"Yang ke belakang untuk kasih makanan dan vitamin hanya aku, karena aku satu-satunya yang sudah vaksin dua kali," katanya.
Takut ART Jadi Antivaksin Gara-gara Kena COVID-19 Padahal Sudah Vaksinasi
Saat ketiganya dinyatakan positif COVID-19, hal yang paling Nabila takutkan adalah mereka jadi berpikir aneh-aneh soal vaksin.
Hal yang ditakutkan itu terjadi, tapi hanya bibi seorang. Nabila mengaku enggak kaget jika bibi jadi berpikiran aneh-aneh tentang vaksin. Sebab, bibi satu-satunya orang di rumahnya yang mengalami pusing dan pegal berhari-hari sehabis vaksinasi.
"Aku cuma bilang itu hal yang wajar, karena efek di tiap orang berbeda-beda. Aku sudah bilang ke mereka, jangan capek-capek, jaga badan sampai vaksinasi ke-2," katanya.
Sehabis diberitahu Nabila, bibi malah main salah-salahan sama Y. Bibi bilang mereka bisa kena COVID-19 karena Y yang masih keluar-keluar.
"Jadinya lucu ketika bibi saling salah-salahan. Dia bilang ke Y 'Kamu sih keluar-keluar terus. Aku jadi ketularan virus'. Ributnya begini terus," kata Nabila.
Sebenarnya, Y keluar bukan untuk hal-hal yang tidak perlu. Y masih harus ke rumah mama Nabila yang tinggal terpisah.
Dalam seminggu, Y bisa empat kali ke rumah mamanya Nabila. Nabila melihat sendiri bagaimana Y termasuk patuh terhadap protokol kesehatan.
"Pakai masker sih. Cuma enggak paham ya, apakah setelah di luar jadi lebih sering lepas masker atau bagaimana," katanya.
"Mungkin kenanya di jalan, karena Y setiap ke rumah mama selalu naik ojek online, padahal sudah disuruh naik taksi buka jendela," Nabila melanjutkan.
Advertisement
Tidak Takut Mengantar Makanan untuk Para ART karena Sudah Vaksinasi
Dua minggu lamanya Nabila bertugas mengantar makanan dan vitamin ke depan kamar para ART. Sedangkan papanya, tidak diizinkan keluar kamar, kecuali untuk makan. Itu pun hanya ambil makanan di ruang makan dengan tetap pakai masker N95, lalu kembali ke kamar.
"Dari kejadian ini aku sampai mikir, kalau saja kemarin aku belum vaksinasi, bisa jadi lebih parah. Meskipun di sisi lain aku sadar bahwa yang sudah vaksinasi pun masih bisa kena, tapi seenggaknya aku nggak menyesal kalau amit-amit sampai kena," katanya.
"Lagian kalau aku sampai enggak vaksinasi, enggak ada proteksi apa pun di badanku dong? Yang ada aku drop, imun ku drop juga. Seenggaknya dengan aku sudah suntik vaksin, aku nggak membahayakan orang lain," Nabila melanjutkan.
ART Dalam Kondisi Stabil
Nabila juga bercerita bahwa tiga orang ART kondisinya stabil selama 14 hari menjalani isolasi karena COVID-19.
Dia kembali meyakini bahwa kondisi tersebut mereka peroleh dari vaksin Sinovac yang telah bersemayam di tubuh mereka.
"Alhamdulillah stabil. Paling demam saja pas awal-awal. Habis itu sudah normal lagi. Semuanya bagus," katanya.
"Mereka dicek perawat yang datang ke rumah tiap beberapa hari untuk memantau kondisi mereka. Perawatnya bilang, kalau lemas atau apa pun bisa disuntik vitamin C, tapi so far mereka enggak sampai disuntik. Cukup minum vitamin, istirahat, semuanya bisa saja," Nabila melanjutkan.
Swab kedua sudah dilakukan. Dari ketiganya, hanya Y yang sudah dinyatakan negatif. Tinggal bibi dan D yang masih positif.
Namun, Nabila tak memersoalkan hal itu. Satu tahun lebih bergelut dengan pandemi COVID-19, Nabila termasuk orang yang up to date terhadap perkembangan kriteria sembuh dari COVID-19.
"Orang yang sudah isolasi selama 14 hari tapi hasil swab test PCR masih positif, kemungkinan karena bangkai virus yang tersisa di dalam tubuh. Bangkai virus itu akan tetap terbaca positif di alat swab. Sementara, proses penularan sudah berhenti di hari ke-11. Jadinya aku enggak pusing kalau swab PCR bibi dan satunya lagi masih positif," ujarnya.
Advertisement