Sukses

Waspada, Kematian Jantung Mendadak Bisa Terjadi pada Anak Muda

Kasus kematian jantung mendadak atau sudden cardiac death sering terjadi usai seseorang melakukan olahraga. Terutama dua olahraga yang membutuhkan kebugaran tinggi yakni sepak bola dan renang.

Liputan6.com, Jakarta Kasus kematian jantung mendadak atau sudden cardiac death sering terjadi usai seseorang melakukan olahraga. Terutama dua olahraga yang membutuhkan kebugaran tinggi yakni sepak bola dan renang.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Muhammad Fadil menyampaikan bahwa kematian jantung mendadak tak hanya terjadi pada kelompok usia tua. Kejadian ini juga dapat dialami populasi muda di bawah 40 tahun.

“Sejauh ini pasien yang datang ke rumah sakit usianya sekitar 30 hingga 40 tahun, bukan 50 tahun ke atas. Ada yang belum menikah atau anaknya masih kecil-kecil. Sangat disayangkan, padahal mereka sedang di usia produktif,” kata Fadil dalam seminar daring RSPI, Sabtu (24/7/2021).

Ia menambahkan, ada beberapa penyebab utama yang memicu terjadinya kematian jantung mendadak. Pada populasi muda, kematian jantung mendadak biasanya disebabkan gangguan saluran ion, kardiomiopati (gangguan kemampuan jantung dalam mengedarkan darah), dan infeksi otot jantung.

Simak Video Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Penyebab pada Kelompok Usia Tua

Fadil juga menyebutkan beberapa penyebab kematian jantung mendadak pada kelompok usia tua.

“Pada populasi tua biasanya disebabkan penyakit jantung koroner, penyakit katup jantung, dan gagal jantung.”

Penyakit katup jantung dan gagal jantung dapat menyebabkan aliran darah tidak dapat dipompakan dengan baik sehingga memicu terjadinya kematian jantung mendadak, lanjutnya.

3 dari 4 halaman

Apa yang Perlu Dilakukan?

Guna menghindari risiko terjadinya kematian jantung mendadak, Fadil menyarankan populasi risiko tinggi untuk melakukan deteksi dini atau medical check up.

“Karena paling tidak di medical check up itu dilihat apakah ada masalah di gangguan irama jantung, apa ada pembesaran, dan masalah jantung lainnya.”

Populasi risiko tinggi sendiri mencakup laki-laki usia di atas 40 tahun, ada keluhan, riwayat penyakit turunan, hipertensi, diabetes, dan kolesterol.

Laki-laki 5 kali lipat lebih berisiko terkena kematian jantung mendadak ketimbang perempuan. Maka dari itu, laki-laki usia 40 tahun ke atas masuk dalam kategori populasi risiko tinggi.

Sementara itu, perempuan diyakini memiliki hormon estrogen yang mampu untuk paling tidak meredam terjadinya kematian jantung mendadak.

“Bila Anda laki-laki usia 40 tahun, lakukanlah deteksi dini segera karena sangat disayangkan jika nanti terjadi kematian jantung mendadak padahal anak masih kecil dan sebagainya,” tutup Fadil.

4 dari 4 halaman

Infografis Cek Fakta: Waspada Terpapar Hoaks Vaksin COVID-19