Liputan6.com, Jakarta Indonesia meraih medali emas pada cabang olahraga badminton pada Olimpiade Tokyo 2020, Senin (2/8/2021). Pasangan ganda putri Indonesia, Greysia Polli dan Apriyani Rahayu sukses memenangkan pertandingan lawan China.
Berbeda dengan masa sebelum pandemi COVID-19, pada pertandingan Olimpiade kali ini tidak ada ratusan atau ribuan penonton. Aturan protokol kesehatan yang ketat ditegakkan agar tidak terjadi penularan COVID-19 yang tidak diinginkan.
Baca Juga
Tak Bertepuk Sebelah Tangan, 1 Raksasa LaLiga Minat Angkut Marcus Rashford dari Manchester United
Hasil Piala AFF 2024 Timnas Indonesia vs Filipina: Muhammad Ferarri Kartu Merah, Garuda Redam Azkals di Babak Pertama
5 Bintang yang Berpotensi Tinggalkan Liga Inggris di Januari 2025: Termasuk Jebolan Akademi Manchester United
“Olimpiade kali ini sangat menarik karena kita tidak melihat adanya penonton, itu bisa menjadi faktor tersendiri. Dukungan dari penonton bisa menjadi hal yang positif bahkan negatif, tergantung pada atletnya,” ucap dokter spesialis kedokteran olahraga Sophia Hage, Senin (2/8/2021).
Advertisement
Menurut Sophia, ketika seorang atlet memiliki mental juara, adanya penonton sebagai pendukung ataupun tidak adanya penonton seharusnya tidak berpengaruh.
“Kembali lagi soal mental juara, mau ada penonton ataupun tidak ada penonton itu harusnya tidak terpengaruh. Sama juga ketika waktu set 1 itu kan angkanya kejar-kejaran banget, nah ketika kita bicara soal mental juara harusnya seberapa jauh atau dekat beda poin itu tidak mempengaruhi performance,” jelas Sophia.
Hal tersebut menjadi salah satu hal yang sulit bagi para atlet. Seorang atlet memiliki tekanan untuk membawa pulang medali atau memberikan prestasi yang maksimal. Maka, faktor-faktor eksternal tersebut dapat mempengaruhi kondisi mental sang atlet.
Simak juga video berikut
Persiapan dua arah: Fisik dan mental
“Ketika dia terjun ke lapangan, dia seharusnya sudah memiliki persiapan bukan hanya dari fisik tapi juga mental. Selama ini kan kita berpikir kalau yang penting latihan, yang konotasinya latihan fisik. Tapi kita juga harus latihan mental dengan psikolog olahraga,” tambah Sophia.
Sophia menjelaskan, para atlet biasanya memiliki frekuensi tertentu untuk bertemu dengan psikolog olahraga.
“Sama seperti mereka berlatih fisik, mereka juga berlatih mental. Persiapan mental ini sangat penting, kita tidak bisa mengesampingkan satu dengan yang lain. Sehingga apapun yang terjadi, mau ketinggalan jauh poinnya, mereka masih cukup tangguh dan optimis bahwa mereka bisa perform,” jelasnya.
Penulis: Diviya Agatha
Advertisement