Liputan6.com, London - Prof Dame Sarah Gilbert, ilmuwan yang merancang vaksin AstraZeneca, dianggap sebagai ilmuwan wanita yang sangat menginspirasi. Hal ini membuat perusahaan mainan Mattel melahirkan Barbie dalam bentuk Sarah.
Seperti dilansir BBC, awalnya Barbie tersebut dianggap aneh, tapi Sarah Gilbert berharap boneka barbie wujud dirinya bisa menginspirasi anak-anak di seluruh dunia.
Baca Juga
"Saya ingin boneka ini menunjukkan kepada anak-anak karier yang mungkin tidak mereka sadari, seperti ahli vaksin," kata Sang Ilmuwan vaksin buatan Oxford-AstraZeneca tersebut.
Advertisement
Barbie yang dibuat Mattel ini adalah satu dari enam profesi wanita yang bekerja di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (Stem). Ada pula seorang petugas medis Australia dan seorang peneliti biomedis Brasil.
Simak Video Berikut Ini:
Siapa Sarah Gilbert?
Sarah Gilbert merupakan wanita yang merancang vaksin AstraZeneca sejak awal 2020 ketika COVID-19 pertama kali muncul di China.
Vaksin AstraZeneca saat ini paling banyak digunakan di seluruh dunia, dengan dosis dikirim ke lebih dari 170 negara.
"Saya bersemangat untuk menginspirasi generasi perempuan berikutnya ke dalam karier Stem dan berharap anak-anak yang melihat Barbie saya akan menyadari betapa pentingnya karier dalam sains untuk membantu dunia di sekitar kita," kata Sarah.
Dalam beberapa tahun terakhir, pembuat mainan Mattel telah menanggapi kritik bahwa boneka Barbie-nya memberikan citra kewanitaan yang tidak realistis.
Sekarang mereka menawarkan boneka bertema karier seperti pemadam kebakaran, dokter dan astronot - dan dalam berbagai warna kulit di luar boneka pirang putih aslinya yang pertama kali diluncurkan pada 1959.
Advertisement
Ahli vaksin
Dalam laman resmi University of Oxford, Gilbert merupakan peneliti yang telah melakukan pengembangan dan tes sejumlah vaksin selama kurang lebih 10 tahun. Ia memimpin pengembangan antigen untuk malaria dan influenza.
"Beberapa vaksin yang dikembangkannya saat ini tengah dalam progres masuk uji klinis," sebut laman ox.ac.uk.
Pada 2014, ia memimpin uji coba pertama vaksin Ebola. Lalu, ia juga pernah meneliti mengenai pengembangan vaksin MERS dengan menggunakan virus Corona dengan pergi langsung ke Saudi Arabia menggunakan virus Corona.
Â
Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca.
Advertisement