Liputan6.com, Jakarta - Kepala Teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk COVID-19, Maria Van Kerkhove menyarankan agar penamaan virus Corona varian baru menggunakan rasi bintang begitu huruf alfabet Yunani habis. Misal, varian Delta, varian Aries, dan 10 nama zodiak lainnya.
Maria mengatakan bahwa badan kesehatan PBB telah mencari nama-nama baru untuk mutasi virus corona penyebab COVID-19. Hal ini dilakukan karena ada kekhawatiran akan muncul lebih banyak varian, selain yang telah dan akan dinamai dengan 24 huruf alfabet Yunani.
Baca Juga
Sistem tersebut diperkenalkan pada akhir Mei, dan sejauh ini 11 mutasi virus Corona telah diberi nama: empat varian yang menjadi perhatian, termasuk varian Delta dan Beta; empat varian bunga, seperti Eta dan Lambda; ditambah Epsilon, Zeta, dan theta.
Advertisement
Akan tetapi karena virus Corona terus bermutasi, ada kemungkinan akan ada lebih banyak jenis kunci daripada huruf yang tersedia, seperti dikutip dari situs Telegraph pada Senin, 9 Agustus 2021.
Lebih lanjut Maria, menjelaskan, rasi bintang adalah yang terdepan saat ini untuk mengikuti alfabet Yunani. Ini menunjukkan bahwa suatu hari masyarakat dunia dapat melihat varian yang dikenal sebagai Aries, Gemini, atau Orion.
Mengapa Rasi Bintang?
Sebelum saran terkait rasi bintang, beberapa alternatif telah ditolak, termasuk nama dewa dan dewi Yunani karena kekhawatiran tentang pengucapan.
"Kami mungkin akan kehabisan alfabet Yunani, tetapi kami sudah melihat rangkaian nama berikutnya," kata Maria.
Tokoh di balik pencegahan penamaan varian yang dikaitkan dengan tempat karena dianggap diskriminatif ini juga tengah memikirkan nama-nama lain yang mungkin dapat dipakai.
“Pilihan berikutnya dapat diumumkan relatif cepat. Saat ini kelompok kerja evolusi virus dan tim hukum WHO sedang memeriksa ulang proposal untuk memastikan kami tidak membuat siapa pun kecewa dengan nama-nama ini,” katanya.
Advertisement
Pelacakan Varian Baru
Ide pemberian nama baru bagi varian COVID-19 yang mungkin muncul mulai diperbincangkan ketika upaya untuk melacak varian baru digenjot di seluruh dunia.
Melihat pandemi yang tak kunjung usai dan kemungkinan mutasi yang terus bermunculan membuat Maria tak bisa menampik bahwa dirinya merasa frustrasi.
“Saya merasa sangat frustrasi sekarang karena kita berada dalam situasi ini yang kita alami dalam 19 bulan. Kita tahu apa yang harus dilakukan, kita tahu bagaimana melakukannya, kita hanya tidak memiliki keinginan kolektif untuk melakukannya,” kata Maria.
“Saya berharap saya tahu kapan pandemi akan berakhir,” Maria menambahkan.
Infografis Vaksinasi COVID-19 Lansia di Indonesia Masih Rendah
Advertisement