Liputan6.com, Jakarta Para pekerja atau karyawan rentan mengalami burnout terutama di masa pandemi COVID-19. Burnout sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk kondisi stres berat akibat beban pekerjaan.
Menurut psikolog dari aplikasi konseling Riliv, Prita Yulia Maharani, kondisi burnout memiliki dampak yang menyebabkan karyawan menjadi frustasi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Jika demikian, pekerjaan pun tidak selesai dengan optimal dan memicu komplain dari atasan.
Baca Juga
“Kondisi yang dialami umumnya seperti stres berat, frustrasi, kurang motivasi, dan mudah merasa lelah,” kata Prita dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com pada Senin (9/8/2021).
Advertisement
Selain itu, Prita juga memaparkan bahwa burnout dapat mengganggu ketenangan emosional. Maka dari itu, Karyawan perlu mengubah cara kerja menjadi efektif untuk dirinya. Dengan demikian, seberat apapun tingkat pekerjaan yang diberikan, akan dapat diselesaikan dengan baik.
Tanggung Jawab Perusahaan
Produktivitas karyawan menjadi sia-sia apabila kebijakan perusahaan tidak dilengkapi dengan fasilitas dan Employee Assistance Program sebagai bentuk dukungan terhadap permasalahan karyawan, lanjut Prita.
Ia pun memaparkan cara mengatasi burnout yang menjadi ‘penyakit’ pikiran di kalangan karyawan. Cara ini dapat diterapkan oleh perusahaan atau karyawan, baik ketika bekerja di kantor atau rumah.
Cara tersebut adalah melakukan kemitraan untuk membuat program kesehatan mental. Dalam hal ini, perusahaan dapat mengadakan program kesehatan mental dengan menjalin partnership dengan ahli.
Ada beragam layanan mulai dari asesmen kesehatan mental, self help content, sampai konseling kepada psikolog berpengalaman dan profesional yang dapat diperoleh.
Karyawan juga perlu melakukan diskusi bersama atasan untuk menyampaikan kritik dan saran terhadap beban kerja.
Sedang, pihak perusahaan perlu selalu menampung setiap pendapat dari masing-masing karyawan.
“Suara mereka sangat penting sebagai bahan evaluasi atas kemajuan perusahaan. Dengan begitu, karyawan seakan lebih dihargai agar terhindar dari sikap acuh tak acuh,” kata Prita.
Advertisement
Memahami Burnout pada Karyawan
Selain itu, karyawan juga perlu memberikan usulan kepada manajer tentang cara mengatur stres dan perasaan letih saat bekerja.
Lokakarya dapat menjadi ide yang tepat, program yang satu ini dinilai memberikan wawasan kepada karyawan untuk mengatasi burnout.
Bila perlu, perhatikan ulang jam kerja di kantor, jika ada karyawan yang masuk kerja jam 8 pagi, tetapi masih belum diizinkan pulang jam 9 malam, maka bicarakan kepada atasan.
“Beri tahu tentang penyesuaian biaya dan dampak burnout pada karyawan. Produktivitas internal perusahaan dapat menurun akibat dampak dari burnout yang mengganggu ketahanan kerja,” tutup Prita.
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19
Advertisement