Liputan6.com, Jakarta Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM diperpanjang hingga 16 Agustus 2021. Menurut ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman, ini adalah keputusan yang tepat. Pasalnya, Indonesia membutuhkan waktu untuk pemulihan di sektor kesehatan.
“Pemulihan ini menyangkut kesiapan di strategi penyangga atau strategi yang harus dilakukan secara konsisten di 3T dan 5M,” kata Dicky melalui pesan suara kepada Health Liputan6.com, Selasa (10/8/2021).
Baca Juga
Ia menambahkan, perpanjangan PPKM ini juga tepat mengingat dapat berfungsi untuk menghindari kerumunan dan mobilitas dalam perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia atau Agustusan.
Advertisement
“Ini mencegah agar usaha PPKM sebulan ke belakang tidak sia-sia akibat orang-orang yang abai.”
Simak Video Berikut Ini:
Advertisement
Dampak PPKM Sebelumnya
Dicky berpendapat, setelah perpanjangan PPKM ini, bisa saja terjadi pelonggaran untuk Jawa-Bali. Mengingat, PPKM yang dilakukan sebelumnya menunjukkan pengaruh yang baik.
“Ada keberhasilannya, menekan kasus, skenario terburuk tidak terjadi, itu suatu keberhasilan karena tanpa bantuan PPKM akan sulit menghindari skenario terburuk.”
Hingga kini, Indonesia belum melewati puncak beban di fasilitas kesehatan dan angka kematian. Maka dari itu, hingga akhir Agustus tampaknya masih rawan, kata Dicky.
“Dari data saya akui ada perubahan yang baik, tapi belum signifikan karena kita melihat dari dua data utama di awal dan di akhir.”
Yang Belum Terkendali
Data yang sangat perlu diperhatikan adalah test positivity rate atau tes angka positif, lanjut Dicky.
Sayangnya, selama PPKM angka positif masih jauh sekali dari yang ditargetkan di bawah 10 persen, apalagi 5 persen.
Ini menunjukkan bahwa laju penularan di komunitas sangat tinggi. Artinya, sebagian besar kasus infeksi di masyarakat atau di sebagian besar klaster tidak terdeteksi.
“Itu yang berbahaya karena itulah yang akan menambah percepatan penyebaran dari virus ini, kemudian bertambah kasus infeksi dan akhirnya menambah kasus kematian di masyarakat.”
Angka positif yang tinggi menjadi salah satu hal yang masih belum bisa dikendalikan selama PPKM. Hal ini dikarenakan cakupan tes tidak meningkat secara signifikan dan belum sesuai dengan skala penduduk di masing-masing daerah maupun eskalasi pandeminya.
Yang dimaksud eskalasi pandemi, jika ada 30 ribu kasus baru maka perlu ada minimal 600 ribu tes. Jika kasus ada 50 ribu, maka tesnya satu juta. “Ini yang belum pernah kita lakukan,” tutupnya.
Advertisement