Sukses

Pentingnya Chemistry dan Mengolah Ekspektasi dengan Personal Trainer Saat Olahraga

Membangun chemistry jadi salah satu hal penting saat berolahraga dengan personal trainer

Liputan6.com, Jakarta Menggunakan jasa pelatih atau personal trainer untuk berolahraga seringkali dijadikan pilihan. Namun, beberapa orang justru merasa tidak nyaman dengan tuntutan para personal trainer ketika proses olahraga berlangsung.

"Dulu kadang kalau misalnya latihan sama coach, aku merasa terintimidasi. Karena guru atau coach-nya itu kuat-kuat. Kadang kalau kita nggak kuat juga, suka ngerasa minder," ujar Ajeng, WNI yang bekerja di Singapura kepada Health Liputan6.com ditulis Jumat, (20/8/2021).

Ajeng menjelaskan pengalaman lainnya menggunakan personal trainer. Menurutnya, beberapa pelatih menginginkan dirinya untuk turun berat badan hingga menggunakan konotasi meledek.

"Dia mengharapkan aku turun berat badan, aku juga mengharapkan. Cuma suatu hari aku sempat turun, terus menggendut lagi setelah lebaran. Ketika latihan, yang langsung ditanyakan menanyakan kenapa aku gendutan lagi," jelas Ajeng.

Ternyata, memilih personal trainer pun tidak bisa dilakukan dengan asal. Dibutuhkan chemistry yang cukup kuat antara pelatih dan yang dilatih. Mengingat ucapan-ucapan yang disampaikan personal trainer mampu mempengaruhi mental seseorang.

2 dari 3 halaman

Mengolah ekspektasi sebagai personal trainer

Tak hanya itu, mengolah ekspektasi agar tidak berlebih juga salah satu hal yang penting untuk seorang personal trainer. Mengingat setiap individu memiliki goals yang berbeda ketika berolahraga.

"Coaching itu bukan soal aku. Aku juga inginnya semua yang latihan sama aku dalam satu tahun progresnya sama. Tapi coaching itu bukan soal aku, tapi soal client-nya itu sendiri," ujar pelatih olahraga Ajeng sekaligus Certified Fitness Trainer APKI, Dinda Utami Sasetyo kepada Health Liputan6.com.

Dinda menjelaskan, ia tidak memiliki kontrol atas hidup setiap orang yang dilatihnya. Sehingga penting untuk mengolah ekspektasi tersebut agar bisa menyesuaikan pada perkembangan setiap client-nya.

"Sebagai coach, kita tidak bisa memaksakan ekspektasi kita. Tapi kita bisa menyesuaikan itu. Ibaratnya kayak bus, jadi aku kasih tahu Ajeng, ketika kamu berada pada titik ini, aku akan nganter ke tujuan mana ia mau pergi," ujar Dinda.

3 dari 3 halaman

Infografis