Sukses

Terapi Menulis untuk Kesehatan ala Okky Madasari

Menulis bisa menjadi proses penyembuhan karena kita memiliki saluran untuk menyadari, mengenali, kemudian mengutarakan segala luka yang ada dalam jiwa kita.

Liputan6.com, Jakarta - Seperti halnya tubuh, pikiran pun memerlukan proses detoksifikasi atau pembersihan demi menjaga kestabilannya.

Hypnotherapist di Bali dokter I Gustu Putu Darmika mengatakan, “Emosi negatif jika diendapkan akan dilupakan oleh pikiran, namun perasaan masih tetap menyimpannya.”

Endapan emosi yang sering diabaikan perlahan akan menimbulkan kecemasan yang menekan dan menggerogoti batin bawah sadar kita di kemudian hari. Tentunya, kita tidak mau hidup dengan menyimpan endapan negatif tersebut.

Menulis bisa jadi pilihan bijak untuk menurunkan intensitas endapan negatif tersebut.

“Menulis adalah sebuah proses untuk mengekspresikan kegelisahan, kesedihan, kekecewaan, kemarahan, kesendirian, juga kebahagiaan,” kata Okky Madasari melalui pesan singkat pada Health Liputan6.com, ditulis Minggu (29/08/2021).

 

2 dari 4 halaman

proses penyembuhan

Baginya, menulis bisa menjadi proses penyembuhan karena kita memiliki saluran untuk menyadari, mengenali, kemudian mengutarakan segala luka yang ada dalam jiwa kita. Pilihan genre tulisan untuk kesembuhan ini pun tak perlu dipersoalkan.

Bentuk tulisan bisa apa saja. Bisa fiksi, esai, atau jurnal harian. Penekanannya ada pada proses untuk mendengar dan menggali kesadaran dan perasaan kita. Jadi, menulis sebagai penyembuhan akan lebih banyak menjadikan perasaan dan ingatan kita sebagai sumber tulisan.

Bicara tentang rentang waktu menulis untuk kesembuhan, novelis yang juga esais ini menyebut tidak ada batas waktu tertentu. Kita bisa rutin melakukannya meski tak dirasa ada emosi negatif di pikiran. Karena menulis selamanya akan jadi proses yang menyembuhkan dan bisa menjadikan kebiasaan ini sebagai bagian dari kegiatan rutin dalam situasi apa pun dan di mana pun.

 

3 dari 4 halaman

Dampaknya berbeda setiap orang

Setiap orang akan merasakan dampak yang berbeda dari proses menulisnya. Kandidat PhD National University of Singapore ini mengalami sendiri ketika dia sedang mengalami masalah, dan memilih melewati hari-harinya dengan menulis.

Proses menulis itu meringankan perasaaan sekaligus menguatkan dirinya. Kadang tak harus menulis yang rumit. Sekadar caption di Instagram atau puisi singkat pun bisa menyembuhkan.

Siapapun bisa tetap rutin menulis meski tidak dalam kondisi stres atau tekanan batin. Ini dikarenakan menulis akan membantu kita untuk terus menjaga kesadaran dan terus menguatkan bahkan saat kita sedang merasa sedang tak punya masalah apapun.

4 dari 4 halaman

Infografis Deretan Efek Negatif Marah bagi Kesehatan Tubuh