Liputan6.com, Jakarta Pencemaran udara memberikan dampak negatif pada kesehatan paru. Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga menjadi kelompok yang rentan terdampak pencemaran udara.
Seperti disampaikan pulmonolog di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Efriadi. Menurut data yang ia rangkum dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) ada tiga kelompok yang rentan terdampak pencemaran udara.
Ketiga kelompok tersebut yakni:
Advertisement
-Anak-anak.
“Pneumonia menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak,” mengutip data yang diunggah Efri di Twitter pribadinya (@efriadzadr).
-Ibu rumah tangga.
Ibu rumah tangga menjadi salah satu kelompok rentan pencemaran udara karena sering terpapar polusi asap di dapur yang berasal dari bahan bakar memasak.
-Pekerja lapangan seperti pedagang kaki lima dan pekerja lainnya.
Sumber Pencemar Udara
Berdasarkan data yang sama, Efri juga menunjukkan sumber pencemar udara yang terdiri dari:
-Industri dan pasokan energi.
-Debu.
-Transportasi.
-Penanganan limbah.
-Energi di rumah tangga.
-Kegiatan pertanian.
“Semua negara tidak dapat melakukan penanganan polusi udara sendirian, ini adalah tantangan global yang harus kita lawan bersama,” seperti tertera dalam data bergambar tersebut.
Advertisement
Potensi Dampak Kesehatan
Tak tanggung-tanggung, pencemaran udara dapat memicu berbagai masalah kesehatan seperti:
-Infeksi pernapasan.
-Penyakit paru obstruktif kronis.
-Mengi (napas berbunyi).
-Asma.
-Bayi lahir dengan bobot rendah.
-Meningkatnya kematian perinatal.
-Kanker paru-paru.
-Kanker mulut, faring, laring.
-Peningkatan infeksi.
-Sakit jantung.
-Penurunan fungsi paru.
-Katarak.
Melihat berbagai dampak serius dari pencemaran udara, Efri mengimbau masyarakat agar memberi perhatian tentang potensi-potensi untuk terpapar pencemaran udara.
Misal, merokok di dalam ruangan yang dapat membahayakan bukan hanya perokoknya tapi juga orang-orang yang ada dalam ruangan tersebut.
“Jangan lupakan dampak pencemaran udara terutama terhadap kesehatan paru kita. Bahkan dalam ruangan sekalipun.”
“Perlu perhatian khusus terutama pemerintah pusat dan daerah berikut para ahli lingkungan dan kesehatan untuk mengatasi hal ini,” pungkas Efri.
Infografis Kualitas Udara di Jakarta Tidak Sehat
Advertisement