Liputan6.com, Jakarta Kehilangan orang terdekat dapat menimbulkan kesedihan yang mendalam. Fase ini dikenal dengan sebutan grief. Seringkali, proses ini dikaitkan dengan periode setelah kematian.
Namun ternyata, rasa duka juga mungkin muncul sebelum peristiwa kehilangan atau kematian yang sebenarnya terjadi. Inilah yang disebut dengan anticipatory grief.
Baca Juga
"Anticipatory grief merupakan kumpulan dari pikiran, perasaan, dan emosi yang kita miliki sebelum kehilangan itu benar-benar terjadi," ujar founder Life & Loss Mental Health Counseling di New York, Diane P. Brennan dikutip Health, Rabu (1/9/2021).
Advertisement
Proses ini dinilai sebagai harapan dan emosi terkait dengan rasa takut kehilangan orang yang kita cintai setelah didiagnosis penyakit tertentu. Terlebih, anticipatory grief juga bisa muncul pada orang yang sedang sakit dan mengetahui kondisinya tak lagi sama seperti sedia kala.
"Misalnya, orang yang sakit tidak lagi memiliki fungsi fisik, mental, atau sosial yang sama. Maka anticipatory grief ini mungkin muncul, karena ada kesedihan oleh orang itu sendiri terkait hilangnya nyawa mereka," ujar profesor psikiatri di Columbia University, M. Katherine Shear.
Ciri anticipatory grief
Katherine menjelaskan, kesedihan bersifat universal tergantung pada bagaimana seseorang mendefinisikan itu. Ciri khas dari grief itu sendiri biasanya berisi kerinduan yang mendalam atau pikiran yang terus-menerus tentang orang tersebut atau sebuah kehilangan.
"Secara umum, grief itu kompleks dan bervariasi. Mengandung berbagai pemikiran, perasaan, perilaku, dan perubahan fisiologis, serta respons sosial, dan spiritual," ujar Katherine.
Artinya, dua orang yang berduka karena sebuah kehilangan yang sama pun dapat memiliki respons yang berbeda. Namun, kehilangan orang yang dicintai biasanya akan menimbulkan stres dan sikap yang defensif atau tidak mudah menerima.
Bagaimana mengatasinya?
"Sangat penting untuk menganggap grief itu sendiri sebagai sebuah proses yang dimulai dengan menerima kenyataan, termasuk semua emosi yang menyakitkan," ujar Katherine.
Selain itu, menghabiskan waktu bersama orang tersebut sebaik-baiknya juga bisa membuat kehilangan terasa lebih bermakna nantinya. Hal ini membuat Anda terhindar dari perasaan menyesal karena tidak sempat memiliki banyak waktu bersama.
Katherine mengungkapkan bahwa saat mengalami anticipatory grief, penting untuk tetap memperdulikan diri sendiri. Mengingat seringkali saat dalam keadaan berduka, banyak orang melupakan dirinya sendiri, yang mana dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental.
"Penting untuk mengingat bahwa ketika Anda mengalami anticipatory grief, diri sendiri juga penting. Berilah perhatian dan kasih sayang pada diri sendiri yang dapat membawa kebahagiaan," ujar Katherine.
Advertisement