Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan memantau semua varian virus Corona yang muncul, termasuk Varian Mu. Varian Mu pertama kali terdeteksi di Kolombia pada Januari 2021 dan masuk menjadi Variant of Interest (VoI) yang diamati Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 30 Agustus 2021.
Menyikapi munculnya varian Corona, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya terus melakukan pemantauan dan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) terhadap varian baru yang masuk Indonesia atau melalui penularan lokal.
Advertisement
Baca Juga
Dari sekitar 5.835 hasil sekuens yang dilaporkan, sebanyak 2.300 merupakan Varian Delta di 34 provinsi di Indonesia. Dalam hal ini, penyebaran Varian Delta mendominasi di Indoensia.
“Kemenkes melakukan pemantauan terhadap semua varian yang muncul, apakah itu Variant of Concern (VoC) yang mendapat perhatian WHO maupun Variant of Interest, seperti Eta, Iota, Kappa, Lambda juga varian lokal yang muncul di Indonesia,” jelas Nadia saat Konferensi Pers PPKM pada Rabu, 8 September 2021.
Kemenkes juga melakukan pemantauan terhadap varian Mu yang saat ini menyebar ke 46 negara. Koordinasi dengan petugas-petugas di pintu masuk juga ditingkatkan.
"Ini pun upaya menyusun kebijakan untuk mengantisipasi kemungkinan masuknya varian yang dikatakan memiliki kekebalan terhadap vaksin,” lanjut Nadia.
"Upaya melalui pengetatan kebijakan karantina internasional, persyaratan vaksin, serta terus berkonsultasi dengan WHO."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Tingkatkan Cakupan Vaksinasi, Prokes Tak Boleh Kendur
Siti Nadia Tarmizi mengingatkan, gelombang serangan varian Corona baru sangat mungkin terjadi, terutama bila masyarakat lengah. Masker adalah langkah pencegahan agar virus Corona dan berbagai varian apapun, tidak dapat masuk ke dalam tubuh kita.
Adanya pelonggaran aktivitas masyarakat di berbagai sektor, kata Siti Nadia Tarmizi, perlu diantisipasi potensi peningkatan risiko penularan virus Corona. Hal ini berkaca dari pengalaman sebelumnya, peningkatan pergerakan masyarakat selalu diikuti dengan peningkatan kasus pada 2-3 pekan setelahnya.
“Selalu patuhi protokol kesehatan, ingat, penurunan level bukan berarti boleh mengendurkan protokol kesehatan. Selain itu, mohon dukungannya untuk kegiatan-kegiatan memutus penularan, misal mengikuti dan bekerja sama pelacakan kontak, karantina, testing dan isolasi,” tegas Nadia.
Untuk vaksinasi bagi kelompok yang memiliki risiko tinggi, yakni para lansia dan orang dengan penyakit penyerta harus menjadi prioritas.
“Sekali lagi, kami tekankan bahwa memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan vaksinasi harus berjalan seiringan," kata Nadia.
"Kami akan terus mengingatkan kepada kita semua untuk terus meningkatkan cakupan vaksinasi serta memastikan kelompok masyarakat rentan, seperti lansia dan masyarakat dengan penyakit penyerta, dapat segera divaksinasi."
Advertisement