Liputan6.com, Denpasar - Nyeri haid biasa terjadi pada perempuan di usia subur. Rasa nyeri yang dirasakan sebelum dan selama berlangsungnya haid dengan ditandai nyeri atau kram pada perut bagian bawah, terkadang disertai rasa mual yang hebat.
Ada dua jenis nyeri haid yaitu nyeri haid primer dan sekunder. Nyeri haid primer adalah nyeri haid tanpa kelainan organ reproduksi yang seringkali terjadi pada masa remaja, dua hingga tiga tahun setelah haid pertama. Penyebabnya karena ketidakseimbangan hormon dan faktor psikis.
Sedangkan nyeri haid sekunder adalah nyeri yang disebabkan adanya penyakit atau kelainan kerap terjadi pada perempuan di rentang umur 30-45 tahun sejak haid pertama. Hal ini disebabkan tumor (mioma uteri, kista), infeksi, pemakaian IUD (kontrasepsi), dan endometriosis.
Advertisement
Baca Juga
“Kondisi yang seringkali dianggap sebagai satu hal wajar. Padahal nyeri tersebut dapat menjadi cikal bakal munculnya berbagai gangguan dalam organ reproduksi perempuan. Salah satunya apa yang disebut Endometriosis,” kata Spesialis Obstetri dan Ginekologi Kasih Ibu Hospital, dr I Wayan Kesumadana SP OGKFER saat berbincang dengan Health Liputan6.com pada Senin, 13 September 2021.
Penyakit Endometriosis adalah satu istilah penyakit yang menyebabkan terjadinya kelainan fungsi dari bagian lapisan dalam, yaitu kelainan yang menyusun lapisan endometrium.
Lapisan itulah yang mengelupas setiap bulan berupa darah haid. Kondisi tersebut menyebabkan jaringan dari lapisan dinding rahim tumbuh di luar rongga rahim, yang dapat memicu timbulnya rasa sakit tak tertahankan.
Faktor Penyebab Kelainan
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan tersebut antara lain faktor imunitas, herditer, genetik, kelainan sarar-saraf sensoris di jaringan endometriumnya, gangguan fungsional dan anatomical, hingga stres. Mekanisme berkenaan dengan kejadiannya sangat kompleks dan dampaknya pun beragam.
“Gangguan di bidang genokologi amat kompleks, bersifat kronik dan progresif,” katanya.
Darah haid pada perempuan yang menderita endometriosis bila masuk ke dalam rongga perut akan menyebabkan nyeri.
Endometrium tersebut bisa jadi tumbuh pada bagian saluran telur, misalnya di indung telur atau bahkan di rongga perut sehingga dapat mengiritasi jaringan sekitarnya dan dapat membentuk benjolan yang dapat memicu rasa sakit tak tertahankan.
Gejala yang sering muncul pada perempuan yang menderita endometriosis adalah mengalami gangguan kesuburan. Selain itu gejala lainnya dapat ditandai dengan munculnya rasa nyeri pada saat fase haid, ketika dalam kondisi itu timbulnya reaksi sakit nyeri yang berlebihan dan berulang setiap masa haid.
Selain itu, penyakit ini dapat mengganggu kesuburan perempuan. Jika tidak segera dilakukan pengobatan maka dapat menimbulkan komplikasi, selain juga akan sangat mempengaruhi proses program kehamilan.
Namun, tidak ada kata tidak mungkin, ada juga perempuan yang tetap bisa hamil namun akan sangat sulit. Kesulitan hamil mencapai 50 persen. Orang-orang yang berhasil hamil, bisa berujung keguguran, kematian janin, namun ada yang sukses hingga bayi lahir.
Jika terus dibiarkan dan tidak segera mendapatkan penanganan medis, dikawatirkan akan menimbulkan berbagai komplikasi. Misalnya, timbulnya kista cokelat, kista endometriosis, sampai menyebabkan komplikasi gangguan kesuburan, dan terbentuknya tumor pada rahim.
Derajat nyeri haid tidak bisa dianggap sebagai diagnosis mutlak. Untuk memastikan apakah nyeri tersebut sebagai akibat dari endometriosis atau tidak perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut berupa USG dan hingga ke tahap pembedahan untuk memastikan apakah ada penumpukan atau perlengketan darah haid.
Early Diagnostic (diagnosa awal) itu penting, setiap kali terasa nyeri dan tidak ada miom, kista, inflamasi, harus segera cek.
Advertisement
Beberapa Hal tentang Endometrosis
1. Darah haid umumnya reflak atau mengalir dari saluran telur ke perut. Pada wanita dengan endometrosis, darah haid tersebut tidak dapat difagositosis atau dibersihkan secara alami oleh tubuh dan organ reproduksinya.
2. Darah haid yang tidak terkait endometrosis tidak berkembang di luar tempatnya, sedangkan pada endometrosis, terjadi kejadian kebalikannya karena disebabkan buruknya sistem imun pasien.
3. Darah haid dengan endometrosis punya daya hidup di luar habitatnya. Dia bisa hidup di dinding depan dan belakang rahim, hingga bisa hidup di sel telur.
Bisa dibayangkan jika ini terjadi setiap bulan, darah tersebut lama kelamaan menjadi lengket seperti lem (sel telur dengan rahim, sel telur dengan sel telur, bahkan dengan organ sekitarnya) dia akan melakukan perlengketan. Itu akan membentuk jaringan kuat yang bersifat progresif yang dapat memperburuk kondisi.
4. Darah tersebut bersifat inflamatif (menimbulkan nyeri), terutama saat goncangan hormonal, seperti saat masa subur.
5. Akibat dari menurunnya kualitas hormonal, sel telur pun menjadi tidak bagus kualitasnya. Efek terburuk dapat menimbulkan kemandulan atau infertilitas.
6. Pada kondisi kronik, bertambah berat, bisa menjadi kista endometriosis.
“Lalu, nyeri yang seperti apa yang harus diwaspadari oleh perempuan terutama pada perempuan yang belum menikah. Nyeri yang terjadi berulang setiap haid dan kondisinya makin memburuk,” katanya.
Nyeri haid itu bersifat kelainan pada genetik akan muncul saat sel telur mulai aktif yaitu bisa pada fase pertama masa haid. Juga bisa ditandai nyeri saat berhubungan, saat kencing, saat buang air besar.
Begitu mengetahui ada nyeri haid harus langsung konsultasikan pada dokter. Jangan menunggu dan menunda mengingat dampaknya yang amat luas. Pasien akan diberikan terapi hormonal yang berlangsung antara enam bulan sampai lima tahun.
Pengobatannya yaitu dengan cara menekan sel telur supaya endometrium tidak aktif. Dengan tidak diproduksinya darah haid maka perkembangan endometriosis pun akan sementara
“Orang tua yang punya riwayat nyeri haid harus lebih waspada dengan lebih memperhatikan masa haid anak perempuan mereka. Untuk menghindari adanya kemungkinan ke arah Endometriosis,” ujarnya.
Infografis Rahasia Sukses Memulai Hubungan Baru
Advertisement