Liputan6.com, Jakarta Kamar tidur jadi tempat yang dianggap aman untuk berdiskusi bahkan bertengkar dengan pasangan. Padahal pertengkaran yang bahkan terjadi di dalam ruangan tetap bisa berdampak pada psikis anak.Â
"Mereka (pasutri) marah-marahan, mereka pikir supaya anak-anak tidak terkena imbasnya, maka marahnya di dalam kamar. Diskusi sambil marah-marah itu di dalam kamar. Mereka pikir itu aman," ujar Arsaningsih dalam live Instagram bersama Liputan6.com pada Kamis, 16 September 2021.
Baca Juga
Pendiri Spirit of Universal Life (SOUL) itu mengungkapkan bahwa energi yang muncul dari dalam diri manusia dapat terpancar melintasi ruang dan waktu. Sehingga, energi kemarahan yang terjadi di dalam kamar pun dianggap bisa berdampak pada anak.
Advertisement
"Energi kemarahan di dalam kamar inipun akan meradiasi keluar dan berdampak pada anak-anak kita. Mereka pasti tidak nyaman juga, dan mungkin membuat mereka tidak betah di rumah. Bawaannya mereka tuh pengen pergi dari rumah aja," kata Arsaningsih.
Arsaningsih atau yang dikenal dengan panggilan Bunda Arsaningsih memang terkenal dengan metode Soul Meters. Ia mempelajari ilmu dengan dasar energi dan metode GMCKS (Grand Master Choa Kok Sui) di Jakarta, Jerman, Singapura, Philipina, dan India.
"Berapa kali saya melakukan pengukuran energi rumah, saya bilang kok banyak sekali energi kemarahan? Sehingga anak-anak ini pengen lari saja dari rumah, gak betah di rumah. Nah, baru orangtuanya bilang, mereka mengaku sering berkelahi di dalam kamar," kata Arsaningsih.
Berdampak pada lingkungan
Menurut Arsaningsih, energi kemarahan tidak hanya dipancarkan pada lawan bicara atau bertengkar. Namun juga akan berdampak pada lingkungan. Dalam kasus pertengkaran dalam keluarga, maka anak-anak yang akan merasakan dampaknya.
"Perlu untuk menyadari bahwa energi kemarahan itu sangat tajam dan menyakitkan. Tentu kita tidak ingin menyakiti orang-orang di luar. Oleh karena itu, cobalah untuk menyadari proses kemarahan itu dan menyelesaikan dengan damai," kata Arsaningsih.
Hal serupa juga berpotensi terjadi pada lingkungan kerja. Arsaningsih menjelaskan, ketika terjadi keributan suasana pun bisa berubah menjadi tidak nyaman.
"Sama saja, seperti bos pada bawahannya. Akhirnya teman-teman pekerja, teman-teman yang lain pun akan merasakan dampak yang tidak nyaman dari energi kemarahan tersebut," ujarnya.
Advertisement