Liputan6.com, Jakarta - Selama satu setengah bulan merebaknya Varian Delta, kasus ibu hamil positif COVID-19 yang datang ke rumah sakit sekitar 126 pasien, dengan jumlah kematian 28 kasus. Sebuah angka yang cukup banyak dan varian Delta ini benar-benar menjadi perhatian bagi kami, para dokter obstetri dan ginekologi.
Demikian gambaran singkat yang disampaikan dokter spesialis kandungan Manggala RS Premier Surabaya, Manggala Pasca Wardhana. Data tersebut dihimpun Manggala dari Juni-Juli 2021 terhadap pasien ibu hamil yang dirawat di rumah sakit tempatnya bertugas. Ada peningkatan terhadap kasus ibu hamil positif COVID-19 yang masuk ke rumah sakit.
“Kami punya penelitian sembilan bulan awal pandemi, 102 ibu hamil yang masuk rumah sakit ini. Lalu data terakhir, dalam 1,5 bulan ada 126 ibu hamil yang positif COVID-19. Tentunya, akan sangat membebani ke rumah sakit ya karena saking banyaknya yang infeksi,” kata Manggala saat dialog virtual, ditulis Minggu (19/9/2021).
Advertisement
Baca Juga
“Kalau ibu hamil disertai infeksi COVID-19 menimbulkan beban yang besar. Usia kandungan yang semakin besar terlebih lagi kalau sulit bernapas karena COVID-19 utamanya juga menyerang paru-paru," ujarnya.
Dalam salah satu kasus ibu hamil, misalnya, keputusan melakukan persalinan lebih cepat menjadi salah satu opsi. Upaya ini memang tak menampik, bayi yang dilahirkan prematur. Opsi persalinan lebih cepat bertujuan menegakkan napas ibu hamil agar lebih baik.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Vaksinasi Tak Hanya Lindungi Ibu Hamil
Ibu hamil yang termasuk kelompok rentan terinfeksi COVID-19 membutuhkan perlindungan, terutama vaksinasi. Menurut Manggala, vaksinasi tidak selalu menyelamatkan--masih ada potensi terinfeksi--tapi apapun itu kekebalan tubuh yang didapatkan dari vaksinasi bisa menjadi proteksi bagi ibu hamil.
“Jika kebetulan virus Corona masuk ke dalam tubuh, minimal ada perlawanan tambahan dari ‘prajurit’ yang dihasilkan dari vaksinasi, sehingga mungkin gejala tidak terlalu berat. Ya, apapun itu tergantung jumlah virusnya juga,” katanya.
“Kita berupaya mengurangi jumlah virus yang masuk. Kalau ditambah dengan vaksinasi itu akan sangat sangat baik sekali bagi ibu-ibu hamil yang rentan. Itulah kenapa penting, negara-negara tetangga kita juga juga sudah melaksanakan vaksinasi pada ibu hamil.”
Vaksinasi ibu hamil, lanjut Manggala memberikan perlindungan sendiri terhadap tiga hal. Pertama, perlindungan kepada ibu hamil itu sendiri dan keluarganya. Ada juga ibu hamil yang tanpa gejala. Vaksinasi bisa melindungi keluarga dan lingkungan sekitar.
“Dengan vaksinasi relatif enggak terinfeksi atau kalau terinfeksi dalam kondisi tidak parah. Yang kedua, ini penting juga, harapannya (vaksinasi ibu hamil) juga bisa melindungi tenaga kesehatan (dokter obstetri dan ginekologi),” ujarnya.
“Kalau ibu hamil sudah divaksin, setidaknya menekan potensi menularkan (virus Corona) ke teman lainnya lingkungan, termasuk dokternya. Ini akan sangat baik juga. Di rumah sakit, tempat saya bekerja, dokter obstetri dan ginekologi juga ada yang meninggal. Memang varian Delta yang jumlahnya sangat banyak sekali menyisakan banyak cerita," dia menambahkan.
Ketua Umum Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Ari Kusuma Januarto menambahkan, perlindungan vaksinasi ibu hamil terhadap tenaga kesehatan juga melihat beban kerja dokter dan bidan yang cukup berat. Apalagi dokter obstetri dan ginekologi yang bertugas di sejumlah tempat.
“Ya, dari kamar bersalin, kamar perawatan, kamar operasi, yang semuanya berkontak erat dengan pasien. Tentunya, mereka tetap menjaga protokol kesehatan, karena penularan virus Corona bisa saja terjadi,” kata Ari.
Advertisement
Ibu Hamil Cukup Sulit dapat Pertolongan
Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mencatat sebanyak 536 ibu hamil dinyatakan positif COVID-19 selama setahun terakhir. Dari jumlah tersebut, 3 persen di antaranya, meninggal dunia dan 9,5 persen masuk kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) serta 4,5 persen dari total jumlah ibu hamil yang terkonfirmasi positif membutuhkan perawatan di ICU.
Sementara itu, data terakhir dari Kementerian Kesehatan, dari laporan kematian ibu hamil sebanyak 2.749 jiwa, hampir 18 persen terkena COVID-19. Artinya, ibu hamil yang COVID-19 cukup menjadi penyumbang untuk terjadinya penambahan angka kematian.
Ketua Umum POGI Ari Kusuma Januarto menegaskan, kematian ibu hamil sendiri merupakan pekerjaan rumah (PR) kita bersama dan program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia. Di masa pandemi COVID-19, kematian ibu hamil meningkat karena terinfeksi virus Sars-CoV-2.
“Untuk mendapat pertolongan ibu-ibu hamil yang kena COVID-19, saat ini masih belum benar-benar concern. Bukannya tidak ada, tapi rumah sakit memang menyiapkan atau sudah siap untuk menerima ibu hamil atau ibu yang kena COVID-19,” kata Ari.
“Persoalannya, kan ada juga pasien-pasien COVID-19 lain yang harus diterima segala macam kondisi, sehingga tidak jarang ibu hamil cukup sulit mendapatkan pertolongan dalam melakukan konsultasi maupun perawatan sampai masalah kebutuhan persalinan," Ari menambahkan.
POGI pernah mendapat laporan mengenai dua ibu hamil positif COVID-19 di Depok, Jawa Barat. Keduanya berupaya mencari rumah sakit demi mendapatkan perawatan. Sayangnya, mereka meninggal sebelum sempat mendapat perawatan.
“Pas datang, ibu hamilnya sudah meninggal. Kami menyebutnya, DOA atau Death Of Arrival. Ini menjadi keprihatinan kita semua. Oleh karena itu, untuk ibu hamil, salah satu upaya dengan vaksinasi merupakan pencegahan terinfeksi virus,” terang Ari.
Kerentanan Trimester Kehamilan Terhadap COVID-19
Perlindungan vaksinasi bagi ibu hamil menjadi salah satu pencegahan terhadap virus Corona. Terlebih lagi melihat kerentanan trimester kehamilan tatkala para ibu terinfeksi COVID-19. Bahkan tak jarang menjelang persalinan--pada trimester ketiga atau 37 minggu--baru diketahui ibu terpapar COVID-19.
Dari data POGI, menurut Ari Kusuma Januarto, 70 persen kasus ibu hamil terinfeksi COVID-19 ditemukan pada usia kehamilan 37 minggu. Rata-rata yang terinfeksi dengan Varian Delta. Tak ayal, masa trimester ketiga membutuhkan rujukan-rujukan untuk perawatan maupun pelayanan persalinan pada ibu hamil ini.
Manggala Pasca Wardhana pun menyoroti upaya vaksinasi seperti berkejaran dengan virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19. Khusus ibu hamil, percepatan vaksinasi diperlukan agar meningkatkan perlindungan imun.
“Seperti yang disampaikan dokter Ari, kebanyakan ketahuan (terinfeksi COVID-19) itu pas mereka (jelang) melakukan persalinan. Jadi, munculnya pada 37 minggu atau 36 minggu baru ketahuan COVID-19,” ujarnya.
Sejumlah pasien ibu hamil yang ditangani Manggala, varian Delta yang menginfeksi mempunyai karakteristik yang berbeda. Ada pasien yang datang dengan gejala berat.
Di sisi lain, COVID-19 juga ditemukan pada usia kehamilan 34 minggu. Melihat hal tersebut, lanjut Manggala, setiap trimester dan usia kehamilan rentan terinfeksi COVID-19.
“Ada yang datang sudah dengan gejala berat. Mereka datangnya juga lebih cepat, sehingga lekas ditangani. Tapi perlu dipahami bersama, COVID-19 ada juga yang ditemukan pada usia kehamilan 34 minggu,” terang Manggala.
“Jadi, COVID-19 bisa kena di periode manapun, tapi memang mungkin kalau terkena varian Delta gejalanya lebih berat. Semakin bertambah usia kehamilan, secara logika juga berpengaruh terhadap penekanan di paru-paru.”
Advertisement
Vaksinasi Ibu Hamil Lawan Varian Delta
Menurut Sekretaris Jenderal POGI Budi Wiweko, vaksinasi COVID-19 menjadi sebuah kata kunci yang sangat penting untuk menurunkan tidak saja kesakitan dan kematian ibu hamil., melainkan risiko terpapar pada tenaga kesehatan.
“Terlebih lagi, adanya mutasi Varian Delta. Varian Delta kemungkinan melakukan infeksi transmisi dari 1 ke 8 orang, dulu yang Wuhan (varian Corona original) menularkan 2 ke 3 orang. Jelas sekali, varian ini sangat infeksius,” katanya.
Seiring perkembangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah memasukkan penggunaan vaksin COVID-19 pada kelompok populasi khusus, termasuk ibu hamil. Yakni ada vaksin Sinovac. Vaksin Pfizer dan Moderna pun sudah ada studinya pada ibu hamil yang cukup banyak di Amerika.
POGI, Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI), dan Kementerian Kesehatan juga sudah menyepakati, tindakan vaksinasi ibu hamil harus segera dilakukan. Form skrining untuk ibu hamil, kartu kendali, dan pertanyaan-pertanyaan apa yang harus ditanyakan sebelum ibu hamil divaksinasi dipersiapkan.
“Ibu hamil yang tidak boleh mendapatkan vaksinasi, terutama yang sedang mengalami tanda-tanda preeklamsia--komplikasi kehamilan berpotensi berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi--berat,” terang Wiweko, yang juga sebagai dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah IVF Center.
“Kalau yang lain-lain, saya kira tidak ada masalah. Kontraindikasinya sama persis dengan kelompok yang tidak sedang hamil. Nanti setelah vaksinasi, tentu harus dilakukan pemantauan pencatatan, termasuk bagaimana perkembangan bayi selama kehamilan juga sampai dengan persalinan.”
Semua Vaksin COVID-19 Aman untuk Ibu Hamil
Untuk jenis vaksin COVID-19 pun aman bagi ibu hamil sebagaimana studi di hewan, termasuk vaksin yang berasal dari virus yang mati dan mRNA. Yakni Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer.
Khusus vaksin berbasis mRNA, yakni Pfizer dan Moderna, kata Budi Wiweko, ada tambahan kelebihan. Studi terhadap 35.000 ibu hamil di Amerika menunjukkan, ada 897 ibu di antaranya, sudah melahirkan dan tidak ada kelainan pada bayinya.
“Tidak ada kematian bayi, tidak ada angka keguguran, tidak ada pertumbuhan bayi yang terhambat dan sebagainya. Tentang Varian delta, semua vaksin mengklaim memiliki efektivitas Varian Delta,” jelas Budi Wiweko.
“Walaupun mRNA vaksin memiliki keunggulan terhadap Varian Delta, tapi terhadap vaksin inactivated virus tetap ada penurunan efektivitas terkait Varian Delta. Tapi yang penting sekarang vaksin sebagai upaya mengakhiri pandemi. Bila semua sudah tervaksin, paling tidak proteksi baik.”
Ari Kusuma Januarto menyampaikan, masyarakat juga harus pahami bahwa vaksinasi dan virus Corona termasuk hal baru dalam pandemi. Perkembangan pengetahuan dan sains terus berkembang. Terutama studi efektivitas vaksin terhadap ibu hamil.
“Perlu sesuatu hal yang yang dilakukan telaah khusus pada ibu hamil ini. Tidak mudah sebenarnya melakukan uji klinis pada ibu hamil. Itu sangat sulit sekali dan jarang sekali.. Banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan ibu hamil,” lanjutnya.
“Selama kita mempersiapkan skrining, ibu hamil dapat mendapatkan vaksinasi. Kami akan terus memantau ibu-ibu hamil. Mudah-mudahan, karena tujuannya vaksinasi penting, mereka tetap dalam kondisi sehat.”
Advertisement