Sukses

Cegah Gelombang Ketiga COVID-19, Epidemiolog: Penguatan 3T hingga Pelonggaran Sesuai Tingkatan PPKM

Kasus COVID-19 Indonesia telah melandai, tapi ancaman gelombang ketiga masih mengintai.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 di Indonesia telah melandai, tetapi ancaman gelombang ketiga masih mengintai.

Terkait hal ini, ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa pencegahan gelombang ketiga perlu dilakukan walau sulit.

“Saya harus sampaikan, tampaknya mencegah gelombang ketiga sulit, tapi bukan berarti gelombang ketiga akan menjadi lebih parah,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Selasa (21/9/2021).

Ia menambahkan, saat ini secara estimasi jumlah kasus COVID-19 di gelombang ketiga tidak sebesar gelombang kedua dengan asumsi tidak ada varian baru lain yang sama atau lebih hebat dari Delta.

“Untuk mencegah gelombang, mencegah varian baru, dan mencegah hal lainnya itu sama semuanya. Yaitu penguatan dan konsisten melakukan 3T (tracing, treatmet, testing) dan 5M (mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, menghindari kerumunan, dan mengutangi mobilitas).”

2 dari 4 halaman

Vaksinasi dan Pembatasan

Selain 3T dan 5M, perlu juga konsisten dalam vaksinasi dan pembatasan pintu masuk hingga komunitas dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), lanjut Dicky.

“Itu yang harus dilakukan, tapi tidak mudah. Walau di level nasional terlihat bagus tapi di level kabupaten/kota akan terlihat variasinya dan ketika ini sudah disadari maka harus segera diperbaiki.”

Dengan kata lain, semua daerah harus melaksanakan segala protokol dengan baik. Jika ada satu daerah tidak patuh maka dapat berkontribusi pada perburukan, katanya.

3 dari 4 halaman

Pelonggaran Sesuai Tingkatan PPKM

Dicky juga mengimbau, ketika kasus melandai maka pelonggaran kegiatan harus dilakukan sesuai tingkatan PPKM.

“Pelonggaran atau pembukaan itu harus mengikuti indikator-indikator yang ada dalam PPKM secara konsisten sesuai tingkatannya, jangan sampai dilanggar.”

Menurutnya, kegiatan pertama yang penting untuk dibuka kembali adalah pembelajaran di sekolah. Ini merupakan hal standar di seluruh negara dalam semua kondisi wabah.

“Ketika pandemi membaik, sekolah yang wajib dibuka pertama tentu dengan uji coba dan pengamanan-pengamanan, baru bertahap ke sektor lain.”

Pembukaan sekolah biasanya diawali dari tingkat terkecil, misalnya mulai dari paly group kemudian SD, SMP, SMA dan seterusnya, tutup Dicky.

4 dari 4 halaman

INFOGRAFIS: Deretan Kandidat Obat COVID-19