Sukses

Sakit Kepala Mendadak, Waspadai Pendarahan Otak

Ketua Indonesian Stroke Society (ISS) dr Adin Nulkhasanah, SpS, MARS, menjelaskan bahwa pendarahan otak dapat ditandai dengan gejala sakit kepala mendadak.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Indonesian Stroke Society (ISS) dr Adin Nulkhasanah, SpS, MARS, menjelaskan bahwa pendarahan otak dapat ditandai dengan gejala sakit kepala mendadak.

“Keluhan pusing yang terkait stroke perdarahan adalah nyeri kepala hebat hampir seluruh kepala dan mendadak dialami,” kata Adin kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Kamis (23/9/2021).

Ia menambahkan, secara umum pendarahan otak atau stroke perdarahan adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.

Beberapa faktor risiko utama terjadinya stroke perdarahan adalah hipertensi, diabetes, merokok, dan minimnya aktivitas fisik.

“Namun, ada juga stroke perdarahan yang disebabkan kelainan pembuluh darah (aneurisma, AVM/Arteriovenous Malformation).”

2 dari 4 halaman

Gejala Pendarahan Otak

Ada beberapa gejala yang dapat timbul akibat pendarahan otak. Umumnya pasien stroke perdarahan ini mendadak mengalami nyeri kepala hebat disertai muntah saat sedang beraktivitas.

Gejala dapat disertai munculnya kelemahan separuh tubuh atau bicara cadel dan bisa juga berupa penurunan kesadaran.

 Sedang, terkait kelompok yang paling berisiko Adin menjelaskan mulanya, stroke perdarahan ini umumnya menyerang usia 50-60an, terutama dengan faktor risiko yang tidak terkontrol.

“Namun, beberapa tahun ini penderita usia 40-50, bahkan usia 30an tahun mulai banyak. Kalau karena kelainan pembuluh darah (AVM) bisa terjadi pada usia berapa saja, bahkan anak-anak juga bisa.”

3 dari 4 halaman

Tatalaksana Pendarahan Otak

Tatalaksana yang dapat dilakukan untuk pasien pendarahan otak adalah segera bawa ke rumah sakit.

“Setiap pasien dengan stroke perdarahan, sejak di IGD akan dinilai derajat keparahan berdasar pemeriksaan klinis dan hasil CT Scan. Tujuan penanganan stroke perdarahan ini adalah agar tidak terjadi perdarahan ulang pada jam-jam awal kejadian (terapi suportif).”

“Terapi suportif itu misalnya apabila tekanan darahnya tinggi, kita harus segera menurunkan dengan memberikan obat-obatan. Kita berikan juga obat penghilang rasa nyeri. Kita berikan oksigenasi apabila perlu.”

Apabila perdarahan cukup luas atau ada hidrosefalus, maka dapat dilakukan tindakan operatif. Dokter juga akan lakukan rehabilitasi fisik (fisioterapi, terapi wicara) untuk mempercepat pemulihan, pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat COVID-19