Liputan6.com, Jakarta Pemerintah sedang menggencarkan vaksinasi COVID-19 demi mencapai target 208 juta penduduk Indonesia divaksin. Namun, cakupan vaksinasi masih harus terus dikejar, terutama kelompok lansia, yang mana masih rendah.
Menurut Fathiyah Isbaniah dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), butuh ajakan orang terdekat agar seseorang mau divaksinasi. Ajakan itu pun bukan hanya untuk lansia, melainkan kepada seluruh masyarakat yang masih enggan divaksin.
Advertisement
Baca Juga
"Untuk menyadarkan seseorang, bukan hanya lansia bahwa penting vaksinasi memang cukup sulit. Terlebih lagi saat ini, di zaman media sosial yang banyak juga berisi hoaks yang tidak benar,"
"Hal tersebut menjadikan seseorang ada yang makin tidak mau lagi vaksinasi. Jadi, butuh orang-orang terdekat untuk menyadarkan mereka semua."
Upaya menggerakan masyarakat untuk mau divaksinasi, lanjut Fathiyah, tugas Pemerintah yang juga sangat diperlukan. Salah satunya mensyaratkan sertifikat vaksinasi dua dosis hal-hal yang bersifat administrasi kenegaraan.
"Misalnya, mengurus KTP hilang atau anak mendapatkan KTP, yang mana orangtua harus divaksin. Anaknya juga nanti juga divaksin," lanjutnya.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Perlindungan dari Vaksin COVID-19
Hampir setahun lebih pandemi COVID-19 melanda, Fathiyah Isbaniah menambahkan, vaksinasi sudah diberikan kepada masyarakat dan terbukti bisa melindungi dari penularan virus Corona. Sehingga tak ada alasan orang masih enggan divaksin.
"Memang tidak (melindungi) 100 persen, tapi melindungi agar tidak tidak terjadi kejadian COVID-19 yang bisa masuk ke rumah sakit," tambahnya.
Saat ini, kasus COVID-19 di beberapa negara, seperti Amerika dan Eropa kembali naik. Walau cakupan vaksinasi sudah tinggi, masih ada negara bagian atau kantung-kantung yang penduduknya menolak atau anti vaksin.
"Saya baca berita, beberapa ketua anti vaksin tersebut ternyata meninggal akibat COVID-19 dan mereka pada akhir masa hidupnya menyesal karena sudah menyebarkan hal-hal yang tidak benar mengenai vaksinasi," imbuh Fathiya.
Advertisement