Liputan6.com, Jakarta Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko memprediksi lonjakan ketiga COVID-19 pada Desember 2021-Januari 2022.
Menurutnya, ancaman gelombang ketiga COVID-19 juga semakin besar jika capaian vaksinasi tidak sampai 50 persen pada Desember 2021.
"Prediksi Desember-Januari itu kemungkinan puncak ketiganya," kata Tri Yunis mengutip keterangan pers, Sabtu (25/9/2021).
Advertisement
Ia menambahkan, kalaupun capaian vaksinasi bisa sampai 50 persen, lonjakan kasus masih bisa tetap terjadi jika mobilitas masyarakat tidak dibatasi di periode libur panjang akhir tahun ini.
Dalam skenario ini, lonjakan kasus diperkirakan akan terjadi selambat-lambatnya pada Maret 2022.
Baca Juga
Tri Yunis juga mengingatkan, puncak kasus juga bisa terjadi jika penelusuran kontak lambat dan pengawasan saat pasien COVID-19 isolasi mandiri lemah.
"Jadi ya memang bakal mengalami puncak lagi, kalau 3T (test, tracing, treatment) lemah," ujarnya.
Ancaman Libur Nataru
Akhir tahun ini, Indonesia menghadapi libur Natal dan tahun baru (Nataru). Ancaman gelombang ketiga COVID-19 dapat semakin nyata jika pengendalian mobilitas di masa libur Nataru tidak terkendali dengan baik.
“Indonesia akan menghadapi libur Natal serta tahun baru yang akan membuat mobilitas masyarakat kian tinggi.”
“Belajar dari sebelumnya, beberapa kali lonjakan kasus COVID-19 di Tanah Air terjadi setelah melewati libur panjang yang mengakibatkan mobilitas dan kerumunan orang meningkat,” sambungnya.
Advertisement
Pantauan Kemenkes
Berdasarkan pantauan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tingkat mobilitas masyarakat saat ini sudah jauh meningkat dibandingkan masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat pada Juli atau masa PPKM level 4 pada awal Agustus.
Mobilitas di hampir semua provinsi menunjukkan peningkatan. Bahkan tingkat mobilitas di beberapa daerah seperti Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, sudah melampaui level sebelum pandemi.
Oleh karena itu, Tri Yunis meminta kepada masyarakat untuk tetap patuhi protokol kesehatan.
“Jangan sampai kondisi yang sudah membaik dan jumlah kasus yang menurun, justru membuat lengah dan abai. Jika hal ini dilupakan, maka risiko peningkatan kasus akan menjadi kenyataan.”
Kewaspadaan dan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan juga tidak boleh mengendur agar risiko itu dapat dihindari.
"Pandemi belum usai, potensi lonjakan kasus masih bisa terjadi. Karenanya tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan," pungkasnya.
Infografis Klaster COVID-19 Bermunculan di Sekolah Selama PTM Terbatas
Advertisement