Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengaku dirinya banyak mendapat pertanyaan terkait vaksin booster. Sebenarnya vaksin booster itu dibutuhkan atau tidak (bagi masyarakat umum)? Begitu pertanyaan yang selalu ditujukan kepadanya.
Vaksin booster baru menyasar kepada tenaga kesehatan. Adapun rencana Pemerintah memvaksinasi booster untuk masyarakat umum pada 2022 masih belum ada keputusan final.
Advertisement
Baca Juga
"Banyak yang bertanya ke saya, Pak, vaksin booster butuh atau enggak? Itu memang clinically right (secara klinik benar), cuma saya kasih kalimat kedua, ethically (secara etika) mungkin sekarang wrong (keliru)," ujar Budi Gunadi dalam gelaran forum inspiratif Indonesia Knowledge Forum (IKF) X - 2021 pada Kamis, 7 Oktober 2021.
"Karena vaksin kita saja terbatas, banyak yang belum dapat akses buat vaksinasi."
Budi Gunadi pun berkelakar, kalau memang tak sabar ingin mendapatkan booster, orang yang mampu bisa pergi ke Amerika Serikat (AS). Sehingga tidak menggunakan jatah vaksin COVID-19 dalam negeri untuk booster.
"Kalau mau ya pergi saja ke Amerika, suntik ke sana. Karena dia kan enggak pakai jatah (vaksin) yang di sini. Kasihan masih ada yang belum dapat kan di sini," ucapnya.
"Banyak orang yang vaksin pertama saja belum dapat."
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Belajar Hidup Bersama dengan COVID-19
Tak hanya soal booster, menurut Budi Gunadi Sadikin, yang terpenting sekarang ini adalah bagaimana kita bisa hidup berdampingan dengan COVID-19. Strategi protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, jaga jarak) dan perubahan perilaku harus terus dilakukan.
"Pandemi ini enggak akan selesai cepat, butuh waktu lama. Kita mesti belajar hidup bersama dengan pandemi. Dengan kita maskeran saja bisa kurangi laju penularan," lanjutnya.
Di sisi lain, masyarakat juga perlu belajar dari gelombang pertama dan kedua COVID-19 di Indonesia. Bahwa menghadapi kemungkinan pandemi selanjutnya di masa mendatang perlu dipersiapkan matang
"Kalau pandemi besar sekali dan enggak pernah diperkirakan memang semua bisa kolaps. Kita enggak tahu, kalau Varian Delta itu bisa bikin naik cepat sampai mau 100.000 kasus konfirmasi positif, naiknya hampir 6 kali lipat di luar ekspektasi kita," terang Menkes Budi Gunadi.
"Ada masalah (kekurangan) obat, kita enggak siap sebanyak itu. Selain obat, peralatan rumah sakit enggak siap, obat masih kita kejar. Tempat tidur juga oksigen terus naik dan kita kejar."
Kini, kebutuhan obat dan oksigen konsentrator mulai meningkat. Perusahaan startup juga banyak yang membantu terkait penyediaan peralatan dan kebutuhan medis lain.
"Belajar dari sini, kita enggak mau ulangi hal yg sama buat cucu kita, Sars-CoV-3 dan Sars-CoV-4 enggak ada yang jamin ini bisa muncul lagi," pungkas Budi Gunadi.
Advertisement