Liputan6.com, Jakarta Hubungan dianggap kerap mengalami perubahan setelah periode bulan madu berakhir. Frekuensi seks pun kemungkinan besar menurun. Namun bagaimana jika hubungan pasutri malah berakhir tanpa seks dan apakah yang jadi penyebabnya?
"Kehidupan suami istri tanpa seks itu bisa menyebabkan tekanan emosional, rasa tidak aman, atau rasa ketidakpuasan pada hubungan secara keseluruhan," ujar terapis pernikahan dan keluarga dr. Dana McNeil dikutip Bustle, Minggu (17/10/21).
Baca Juga
Hubungan tanpa seks (sexless relationship) merupakan situasi di mana frekuensi seks mengalami penurunan dan biasanya menjadi masalah bagi salah satu pihak. Bagi kebanyakan orang, kepuasan seksual jadi hal yang penting untuk kesehatan hubungan jangka panjang.
Advertisement
Namun seringkali, masalah terbesarnya bukan terletak pada frekuensi seks itu sendiri lho. Melainkan pada kurangnya pemahaman dan pengakuan tentang hal tersebut.
"Banyak pasutri dengan polosnya mencoba meminimalkan masalah atau mengabaikan masalah tersebut karena mereka tidak tahu cara menanganinya. Bahkan ada juga yang merasa malu. Itu bisa jadi bumerang," ujar Dana.
Lalu, apa penyebabnya?
Dana menjelaskan bahwa ada beberapa alasan dibalik mengapa pasutri berhenti berhubungan seks. Alasan paling umum yang terjadi ialah karena kelelahan akibat rutinitas sehari-hari. Aktivitas sejak pagi hingga sore hari dinilai sudah cukup menguras tenaga para pasangan.
"Bagi sebagian orang, seks masuk dalam daftar aktivitas (to-do-list) yang membuat mereka berpikir bahwa melakukannya harus dengan totalitas. Sehingga keinginan tersebut seringkali menghilang setelah lelah bekerja atau beraktivitas," kata Dana.
Terlebih, konflik-konflik yang belum terselesaikan juga bisa menjadi penyebab dari menurunnya frekuensi seks pasutri sehari-hari. Bahkan, hal kecil seperti pekerjaan rumah pun bisa memicu pasutri kehilangan minat antar satu sama lain.
"Sehingga menarik diri dari keintiman dianggap bisa melindungi pasangan dan jadi cara untuk mengambil kembali kendali hubungan yang sedang tidak dalam situasi yang baik," ujar Dana.
Cedera fisik, obat-obatan, atau kondisi kesehatan tertentu pun bisa menjadi penyebab dibalik menurunnya frekuensi seks pasutri. Misalnya, saat pasangan sedang mengonsumsi obat untuk mengobati depresi, itupun mungkin menyebabkan penurunan libido.
Kondisi yang bisa diubah
Kabar baiknya, sexless relationship merupakan kondisi yang dapat diubah. Namun sebelumnya, para pasutri diharuskan untuk memahami terlebih dahulu inti masalah sebelum bergegas menyelesaikannya.
"Anda harus dapat mengidentifikasi keyakinan dan harapan seputar seks, juga peran yang Anda inginkan dalam hubungan. Mulailah dengan melakukan refleksi diri," ujar terapis pernikahan dan keluarga, Lesli Doares.
Setelah mengetahui sumber masalahnya, Anda dapat memulai percakapan yang terbuka dengan suami atau istri dan jujur dengannya tentang mengapa frekuensi di antara kalian berdua jadi masalah bagi Anda. Penting untuk melakukannya dengan cara yang tepat dan tidak menyudutkan mereka.
"Yang terpenting, terbukalah terhadap potensi bahwa perilaku Anda juga mungkin berkontribusi dalam masalah ini, dan cobalah untuk berempati dengan sudut pandang pasangan Anda. Ingat bahwa percakapan itu merupakan sesuatu yang jalan dua arah,” kata Lesli.
Artinya, Anda juga harus mau mendengarkan pikiran, perasaan, keyakinan, dan harapan pasangan. Dari sanalah, solusi biasanya bisa ditemukan.
Advertisement