Liputan6.com, Jakarta - Memperingati Hari Pangan Sedunia 2021, data Organisasi Pangan Dunia (FAO) menunjukkan, dunia mengalami kemunduran besar dalam perang melawan kelaparan. Saat ini, lebih dari tiga miliar orang (hampir 40 persen populasi dunia) tidak mempunyai akses terhadap makanan sehat.
Sebanyak 811 juta orang kekurangan gizi di dunia dan sebaliknya, 2 miliar orang dewasa kelebihan berat badan atau obesitas karena pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Advertisement
Baca Juga
Perwakilan FAO Indonesia, Rajendra Aryal mengatakan, jumlah orang dewasa yang obesitas di Indonesia saja meningkat dua kali lipat selama dua dekade terakhir. Seiring dengan itu, obesitas pada anak juga meningkat.
Kemudian masih ada 27,67 persen anak di Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami stunting. Angka stunting ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka rata-rata di kawasan Asia.
Statistik yang kontras di atas menunjukkan, sistem pertanian pangan saat ini tidak setara dan tidak adil. Sistem yang mencakup perjalanan makanan dari lahan pertanian ke meja makan, termasuk saat ditanam, dipanen, diproses, dikemas, diangkut, didistribusikan, diperdagangkan, dibeli, disiapkan, dimakan, dan dibuang – mendesak untuk berubah menjadi sistem yang lebih berkelanjutan.
“Hidup kita bergantung pada sistem pertanian pangan. Setiap kali kita makan, kita berpartisipasi dalam sistem. Makanan yang kita pilih dan cara kita memproduksi, menyiapkan, memasak, dan menyimpannya menjadikan kita bagian yang tak terlepas dari sistem pertanian pangan," kata Rajendra melalui keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Senin (18/10/2021).
Pandemi COVID-19 Hambat Akses Pangan
Sistem pertanian pangan berkelanjutan adalah sebuah sistem yang mana berbagai makanan bergizi, seimbang, dan aman tersedia dengan harga yang terjangkau untuk semua orang. Pada situasi itu tidak ada yang kelaparan atau menderita kekurangan gizi atau obesitas dalam bentuk apa pun.
Pada Hari Pangan Sedunia, yang diperingati setiap 16 Oktober, pandemi COVID-19 memicu resesi ekonomi yang hebat, menghambat akses pangan, dan mempengaruhi seluruh sistem pertanian - pangan. Walau begitu, sebelum pandemi, kelaparan terus berlangsung, gizi buruk dan jumlah orang kelaparan meningkat di seluruh dunia.
Sistem pertanian pangan mempekerjakan 1 miliar orang di seluruh dunia, lanjut Rajendra Aryal, lebih banyak dari sektor ekonomi lainnya. Sayangnya, cara kita memproduksi, mengonsumsi, dan membuang makanan mengorbankan banyak hal dalam planet kita.
"Sistem produksi pangan yang tidak berkelanjutan menghancurkan habitat alami dan berkontribusi pada kepunahan spesies," katanya.
FAO bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan berkontribusi untuk memastikan pembangunan pertanian pangan berkelanjutan di Indonesia. Sejak 2019, FAO bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) untuk menganalisis sistem pertanian pangan nasional dan memberikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan kapasitas sistem pertanian pangan nasional yang berkelanjutan.
Advertisement