Sukses

Banjir hingga Puting Beliung, Bencana di Indonesia Kini Sangat Beragam

Kejadian bencana di Indonesia sangat beragam. Mulai dari banjir, tanah longsor, puting beliung, kebakaran hutan, gempa, tsunami, dan letusan gunung api.

Liputan6.com, Jakarta - Kejadian bencana di Indonesia sangat beragam. Mulai dari banjir, tanah longsor, puting beliung, kebakaran hutan, gempa, tsunami, dan letusan gunung api.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia Institut Teknologi Bandung (IABI, ITB) Ir. Harkunti Pertiwi, Ph.D. Menurutnya, selain bencana alam di atas, Indonesia juga tengah dihadapkan dengan bencana pandemi COVID-19.

“Tidak hanya bencana klasik dan pandemi, bencana alam pun fenomenanya semakin beragam. Misalnya, fenomena di 2018 pertama kali tsunami dipicu longsor bawah laut dalam 10 tahun terakhir, ada pula runtuhnya dinding kaldera Gunung Anak Krakatau,” kata Harkunti dalam seminar daring Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Senin (25/10/2021).

Bencana lain yang berbeda dengan bencana klasik adalah likuifaksi yang membawa 2 desa di Palu bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Padahal, likuifaksi yang dikenal selama ini adalah pembuburan tanah di satu lokasi yang menyebabkan robohnya bangunan.

“Belum lagi kita dihenyakkan di awal tahun ini dengan adanya siklon tropis yang menghantam saudara kita di Nusa Tenggara Timur maupun Nusa Tenggara Barat.”

2 dari 4 halaman

Jakarta Sinking

Selain berbagai bencana di atas, Presiden Amerika Serikat Joe Biden pernah menyampaikan terkait “Jakarta is sinking” atau Jakarta tenggelam.

“Sebetulnya ini bukan suatu kekhawatiran yang baru. Dalam 20 tahun terakhir, banyak media maupun penelitian yang sudah memberikan peringatan bahwa betapa kritisnya kondisi di pantai utara Jawa,” kata Harkunti.

Turunnya muka tanah di Jakarta diakibatkan eksploitasi penggunaan air tanah dan naiknya muka air laut, tambahnya.

3 dari 4 halaman

Masalah Selalu Berulang

Walau banyak disorot dan diteliti, tapi masalah bencana di Indonesia selalu berulang.

“Masalah klasik selalu berulang, kenapa? Masyarakat maupun pentahelix sering mempunyai memori pendek terkait bencana yang baru saja dialami karena lebih mementingkan pembangunan.”

Selain itu, edukasi terkait bahaya bencana masih minim di kalangan masyarakat. Maka dari itu, peran intelektual dan ahli sangat dibutuhkan.

“Saya berharap peran intelektual ada dalam pentahelix yakni ada di pemerintah, entitas bisnis, akademik, masyarakat, dan media,” pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Gempa Malang Alarm Bencana Besar Berikutnya?