Liputan6.com, Jakarta Belakangan, kabar terkait syarat tes PCR akan diberlakukan untuk moda transportasi selain pesawat ramai diperbincangkan. Terkait hal ini, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof. Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan bahwa meskipun tes PCR diberlakukan, potensi penularan virus Corona akan tetap ada.
"Potensi penularan itu terjadi baik di bandara, maupun di dalam pesawat, dan di bandara kedatangan. Jadi kalau saya melihatnya yang jelas isunya bukan hanya di dalam moda itu, bukan hanya di dalam pesawat, kereta, atau bus. Tapi juga menuju ke situ dan keluar dari situ," ujar Tjandra pada Health Liputan6.com, Rabu (27/10/21).
Baca Juga
Menurut Tjandra, tetap ada potensi penularan virus Corona penyebab COVID-19 dalam setiap proses perjalanan yang dilakukan. Meskipun potensinya mungkin tidak besar, tetapi ketika ada antrean dan kerumunan, potensi penularan akan tetap ada.
Advertisement
Tjandra pun membagikan pengalamannya saat menggunakan moda transportasi udara di masa pandemi COVID-19. Berdasarkan pengalamannya, kerumunan bahkan kesempatan untuk membuka masker dalam jangka waktu yang cukup lama terjadi selama proses perjalanan.
"Di bandara berangkat itu ada antrian, tidak ada jaga jarak. Baik depan belakang, maupun kiri kanan. Sampai di pesawat, orang di kanan kiri saya makan buka masker. Bahkan waktu balik ke Jakarta, ada antrian lagi dan disuruh buka masker karena dicek foto KTP sama atau tidak," katanya.
"Sementara kita tahu dari awal sudah dibilang kita semua harus jaga jarak, jangan lepas masker. Ini justru sama petugas disuruh lepas masker karena dia mau lihat foto saya di KTP sama atau tidak. Padahal orang di sekitar itu banyak. Jadi potensi penularan itu ada," Tjandra menambahkan.
Oleh sebab itu, Tjandra pun menjelaskan bahwa sebagai orang yang bepergian, dia pun berharap perjalanannya seaman mungkin. Salah satu caranya bisa dilakukan dengan keharusan melakukan PCR tersebut.
"Itu (PCR) tentu lebih aman daripada tidak ada atau hanya antigen. Walaupun antigen salah satu bentuk pemeriksaan juga, tapi kalau mau lebih akurat lagi bisa dengan PCR. Jadi dilihat dari pengalaman, isunya sebenarnya bukan boleh atau tidak boleh PCR, tapi sebagai penumpang, saya ingin seaman mungkin," katanya.
"Artinya tes mau PCR atau apapun juga, di sisi lain banyak hal yang harus kita sempurnakan untuk menjaga keamanan sesuai dengan prinsip-prinsip yang sudah lama disebutkan. Jaga jarak, pakai masker, itu harus dijalankan juga secara maksimal," dia menekankan.
Antisipasi ledakan Nataru
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa kewajiban tes PCR akan diterapkan pada moda transportasi selain udara secara bertahap. Cara ini sebenarnya dilakukan untuk mengantisipasi Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Mengingat potensi kenaikan mobilitas kemungkinan besar akan terjadi pada saat Libur Nataru. Sehingga, pengaturan protokol kesehatan yang ketat termasuk dengan PCR dinilai akan mengurangi risiko penyebaran kasus.
"Mengenai hal ini, Presiden juga memberikan arahan tegas kepada kami semua untuk segera mengambil langkah terkait keputusan dan kebijakan mengenai hal ini dan merancang agar tidak ada peningkatan kasus akibat liburan nataru,” ujar Luhut dikutip Rabu, (27/10/21).
Sehingga meskipun kasus aktif COVID-19 saat ini sudah rendah, Indonesia masih harus belajar dari pengalaman negara lain dan memperkuat 3T, juga 3M untuk menghindari peningkatan kasus kembali. Terutama pada periode Libur Nataru mendatang.
"Secara bertahap penggunaan tes PCR akan juga diterapkan pada transportasi lainnya selama dalam mengantisipasi periode Nataru," kata Luhut.
Advertisement