Liputan6.com, Jakarta - Lutut sakit bisa terjadi karena banyak hal, dua di antaranya adalah saraf kejepit dan pengapuran. Guna mengetahui penyebab lutut sakit, pasien harus memeriksakannya ke dokter.
Dokter spesialis bedah ortopedi di RS Umum Al-Fauzan, Jakarta Timur, Basuki Supartono menjelaskan bahwa pengapuran dan saraf kejepit merupakan dua konsep yang berbeda.
Pengapuran adalah kondisi terkait dengan kerusakan lapisan tulang rawan sendi. Sedangkan saraf kejepit terkait jaringan saraf yang terjepit akibat penekanan oleh struktur jaringan tubuh yang lain.
Advertisement
Baca Juga
“Pengapuran itu konsep, saraf kejepit juga konsep. Ini tergantung lokasinya, kalau pengapuran berkaitan dengan sendi jadi bisa terjadi di setiap sendi tidak hanya di lutut,” kata Basuki kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Selasa 2 November 2021.
Pengapuran bisa terjadi secara primer dan sekunder. Pengapuran primer dapat terjadi karena faktor usia, sehingga banyak pasien pengapuran sendi adalah lanjut usia (lansia). Sedang, pengapuran sekunder bisa diakibatkan obesitas atau trauma berulang.
Jika pengapuran terjadi di lutut maka disebut pengapuran sendi lutut, jika terjadi di tulang belakang maka disebut pengapuran sendi tulang belakang.
Saraf Kejepit
Sedang, saraf kejepit hanya terjadi di daerah yang ada sarafnya. Salah satu lokasi yang sering terjadi saraf kejepit adalah tulang belakang.
“Saraf kejepit di tulang belakang hampir dipastikan tidak ada hubungannya dengan lutut. Saraf kejepit dan pengapuran bisa terjadi di tulang belakang karena di tulang belakang ada saraf dan sendi.”
Dari sisi usia, kelompok yang lebih muda biasanya cenderung mengalami saraf kejepit bukan pengapuran.
Hal ini juga dapat dipicu dua penyebab yakni primer dan sekunder. Saraf kejepit primer bisa karena faktor usia (penuaan). Namun, kebanyakan saraf kejepit terjadi karena faktor sekunder seperti jatuh dan mengangkat beban berat dengan postur yang keliru.
Advertisement
Perbedaan Rasa Nyeri
Basuki menambahkan, rasa nyeri akibat pengapuran dan saraf kejepit cenderung sulit dibedakan oleh orang awam.
“Nyerinya kurang lebih sama, orang awam susah membedakan, tapi kalau saraf kejepit ada rasa kesemutan. Kalau pengapuran sendi tidak ada gejala kesemutan kecuali jika sudah dalam kondisi ekstrem.”
Untuk memastikan pasien mengalami saraf kejepit atau pengapuran, maka tes yang dapat dilakukan adalah tes laseque. Dalam tes ini, pasien diminta berbaring kemudian tungkai bawahnya diangkat 30 derajat.
“Kemudian pasiennya ditanya apa merasa kesemutan atau tidak, terus dinaikkan lagi, jika pasien tidak merasa kesemutan kemungkinan besar tidak ada saraf kejepit. Namun, jika ada saraf kejepit maka ketika diangkat 30 derajat akan terasa nyeri yang menjalar dari panggul, paha, bagian belakang, hingga telapak kaki.”
Ini tergantung pada tingkat keparahan, lanjutnya, jika ringan maka pasien masih bisa jalan. Namun, jika derajatnya berat maka bisa mengalami lumpuh, gangguan kencing, gangguang buang air besar, tergantung derajat kerusakan, pungkasnya.
Infografis Cedera Tulang Belakang Neymar
Advertisement