Liputan6.com, Jakarta Peluncuran Pendataan Keluarga 2021 (PK21) oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) hari ini, 4 November 2021 membawa angin segar untuk Indonesia.
PK21 sendiri adalah kegiatan pengumpulan data primer tentang data kependudukan, keluarga berencana, pembangunan keluarga. Ini juga termasuk data anggota keluarga yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah secara serentak pada waktu yang telah ditentukan.
Menurut Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo, SpOG(K) data ini dikumpulkan satu per satu secara rinci dan detail sehingga disebut pula data mikro.
Advertisement
Ada empat poin penting tentang peluncuran PK21 yakni rinci, luas, sangat valid, dan bisa memetakan risiko stunting.
Baca Juga
Rinci
Data PK21 disebut rinci karena berbasis keluarga dan mencakup 50 variabel pertanyaan mulai dari nama, alamat, kelayakan hunian, hingga keberadaan jamban.
“Ini data sangat mikro, detail, dan sangat bermanfaat bagi perencanaan pembangunan di wilayah bapa ibu sekalian,” kata Hasto dalam peluncuran PK21, Kamis (4/11/2021).
Kerincian data ini dapat digunakan dalam pemetaan risiko stunting, jumlah lansia, jumlah anak bawah dua tahun (baduta), anak bawah lima tahun (balita), pasangan usia subur (PUS), jumlah ibu hamil, hingga persentasi jumlah kepala keluarga di setiap provinsi.
Luas
Selain rinci, data ini juga luas karena mencakup 68.478.139 kepala keluarga (KK) di seluruh Indonesia.
“Kita bisa mendata 68 juta kepala keluarga (KK) yang didatangi secara langsung oleh kader-kader kita di masa pandemi dengan lebih dari 50 variabel yang dikumpulkan,” ujar Hasto.
“Betapa bapak ibu bupati, walikota, gubernur untuk mendapatkan data mikro warganya itu sulit setengah mati, tapi kami berkomitmen mendukung untuk memberikan data mikro ini.”
Sangat Valid
Hasto mengatakan, data PK21 tidak perlu diragukan karena sangat valid dan dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan di berbagai wilayah.
“Ini menjadi data yang sangat valid karena ini adalah data mikro yang bisa dipakai untuk perencanaan pembangunan di wilayah bapak/ibu (walikota, gubernur, pemerintah daerah) sekalian.”
Selain itu data ini juga memiliki karakteristik sebagai berikut:
-Data primer mutakhir, artinya secara periodik dapat di-update.
-Operasional lapangan, artinya dipakai untuk intervensi di akar rumput.
-Segmentasi sasaran fokus, artinya dapat dibuat peta keluarga sehingga sasaran lebih cermat.
-Data masyarakat, artinya data dikumpulkan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
-Kondiri ril, artinya data dikumpulkan dan dimutakhirkan oleh masyarakat yang tahu persis keadaan atau kondisi wilayahnya.
Advertisement
Memetakan Risiko Stunting
Data lengkap terkait kondisi setiap keluarga juga dapat digunakan untuk memetakan risiko stunting di dalam keluarga.
Hal ini dilakukan dengan penapisan keluarga pra sejahtera, sanitasi, akses air bersih, rumah tidak layak huni, dan pendidikan ibu rendah.
Dengan data-data tersebut, lanjut Hasto, pemangku kepentingan dapat memetakan keluarga mana saja yang berisiko melahirkan anak stunting di daerah masing-masing.
“Ibu bapak sekalian bisa menganalisis data siapa di wilayah ibu bapak sekalian yang berisiko melahirkan anak stunting. Variabel dan datanya sudah kami siapkan, sehingga ibu bapa sekalian bisa menentukan bersama BKKBN by name, by address hingga tingkat rukun tetangga (RT).”
Infografis Benarkah COVID-19 Bisa Menyebar Melalui Makanan?
Advertisement