Sukses

Mengenal Kondisi Psikopat dari Kacamata Kriminolog

Apakah yang tida memiliki emosi, perasaan, dan hati nurani pasti psikopat?

Liputan6.com, Jakarta - Psikopat adalah kondisi yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak memiliki emosi, perasaan, dan hati nurani.

Menurut Kriminolog, Haniva Hasna M, seorang psikopat dapat bersikap gegabah, merusak, dan kasar terhadap orang lain tanpa merasa bersalah.

“Walaupun demikian, psikopat juga bisa menunjukkan sikap baik hati dan kharismatik, tapi tetap tidak memiliki perasaan," kata Iva kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks belum lama ini. 

Psikopat, lanjut Iva, tidak dapat merasakan emosi. Empati yang ditunjukkan seorang psikopat hanyalah pura-pura, yaitu dengan memelajarinya dari respons orang lain.

Iva, menambahkan, penyebab psikopat belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga dapat dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan, seperti:

- Memiliki gangguan kepribadian saat kanak-kanak.

- Mengalami kekerasan, pelecehan, atau penelantaran saat kanak-kanak.

- Memiliki anggota keluarga yang menderita gangguan kepribadian antisosial atau gangguan perilaku dan mental lainnya.

- Kecanduan alkohol.

- (Mayoritas) berjenis kelamin laki-laki.

2 dari 4 halaman

Gejala Gangguan Perilaku

Seorang psikopat biasanya juga sudah menunjukkan gejala gangguan perilaku sebelum usia 15, seperti:

- Memiliki sikap kasar terhadap orang lain dan hewan.

- Suka merusak barang.

- Sering melakukan kecurangan.

- Suka mencuri.

- Melakukan pelanggaran hukum yang serius.

3 dari 4 halaman

Upaya Pencegahan

Sedang, untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan akibat gangguan kepribadian psikopat, upaya yang bisa dilakukan adalah mencegah anak atau remaja dari perilaku psikopat itu sendiri.

Dari beberapa tinjauan penelitian dapat diketahui bahwa munculnya gangguan psikopat merupakan suatu proses perkembangan yang kompleks.

Salah satu faktor eksternal yang dapat memicu munculnya psikopat adalah kualitas hubungan yang dialami individu dengan orangtua (pengasuh utama) pada usia dini.

“Dalam teori kelekatan yang dikemukakan oleh Bowlby menekankan pentingnya kualitas hubungan anak dan orangtua pada awal kehidupan," katanya.

Kelekatan merupakan suatu ikatan afektif yang kuat, bersifat menetap yang ditandai dengan adanya kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan terhadap figur lekat. Walaupun tidak terlihat dari pandangan mata, terutama ketika berada dalam keadaan di bawah tekanan.

Secara sederhana, anak yang kekurangan cinta dan kasih sayang serta mengalami kejadian traumatis seperti kekerasan di 5 tahun pertama kehidupan berpotensi tumbuh menjadi pribadi yang dingin.

Ia juga kurang menyayangi, tidak berperasaan dan cenderung menjadi jahat saat dewasa.

4 dari 4 halaman

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19