Sukses

OCD dalam Hubungan Percintaan, Inilah Ragam Situasi yang Bisa Jadi Cirinya

Gangguan OCD juga bisa muncul dalam hubungan percintaan.

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan percintaan tak akan selalu berjalan mulus dan menyenangkan. Terkadang, berbagai masalah pun bisa bermunculan. Salah satunya bisa dipicu oleh pasangan yang memiliki gangguan obsesif kompulsif dalam hubungan atau yang dikenal dengan sebutan ROCD (relationship obsessive compulsive disorder).

"Semua hubungan memiliki pasang surut termasuk munculnya momen yang melibatkan keraguan, ketidakpastian, dan ambivalensi. Tetapi jika Anda memiliki ROCD, momen-momen tersebut bisa begitu berdampak ke banyak hal dan mendalam," ujar psikoterapis dr. Avigail Lev dikutip Bustle, Minggu (7/11/21).

OCD sendiri merupakan kondisi kesehatan mental yang menyebabkan tindakan dan pikiran yang berulang dan tak terkendali. Ketika tindakan berulang tersebut tidak dilakukan, seseorang yang memiliki OCD bisa merasakan ketakutan dan kecemasan, termasuk dalam hubungan bersama sang kekasih.

Secara alamiah, kondisi ROCD dapat menimbulkan masalah hingga merusak hubungan dengan berbagai cara. Orang dengan ROCD mungkin akan menghabiskan berhari-hari mengkhawatirkan apakah ia bersama orang yang tepat atau tidak lewat insiden kecil yang terjadi.

Tak hanya itu, keraguan atas hubungan jangka panjang pun muncul setiap ada permasalahan atau perdebatan yang terjadi. Membandingkan diri sendiri dan mempertanyakan apakah dirinya mungkin akan lebih bahagia jika bersama orang lain juga bisa ikut bermunculan.

Seolah setiap konflik yang muncul terasa seperti akhir dari hubungan, dan sulit bagi orang dengan ROCD untuk membedakan antara konflik hubungan yang wajar dengan masalah yang memang toxic.

"Anda mungkin akan memiliki keyakinan inti, skema, atau perfeksionisme dan standar yang tak henti-hentinya. Sehingga Anda menetapkan standar dan harapan yang sangat tinggi untuk diri sendiri dan pasangan. Juga ketika Anda memiliki standar yang sangat sulit untuk dipenuhi oleh siapapun," ujar Avigail.

Sehingga, mengetahui apa hal-hal yang dapat menjadi ciri dari ROCD mungkin dapat membantu siapapun untuk mengelola pikiran menjadi lebih baik. Maka, berikut beberapa diantaranya.

1. Terus membandingkan

Tertarik pada orang lain menjadi hal yang normal. Namun ketika Anda memiliki ROCD, maka ketertarikan tersebut bisa membuat pertanyaan apakah pasangan Anda saat ini adalah orang yang tepat atau tidak.

"Jika Anda sering merasakan ini, maka identifikasikanlah kebutuhan mendasar apapun yang mungkin Anda miliki dan tidak terpenuhi oleh pasangan. Misalnya, Anda tidak merasa dirinya cukup memberikan kasih sayang secara fisik. Kemudian, bicarakanlah dengan pasangan," kata Avigail.

Avigail menambahkan, dalam kondisi tersebut, jadilah pribadi yang fleksibel karena semakin fleksibel permintaan Anda, semakin besar juga kemungkinan Anda untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

2 dari 3 halaman

2. Ketergantungan

Ketergantungan yang berlebihan juga dapat menjadi salah satu ciri ROCD. Ketika Anda ditinggalkan sendirian dalam situasi sosial apapun, seperti dalam sebuah acara dan pasangan tidak ada di sekitar, misalnya.

"Dalam situasi tersebut, Anda mungkin akan terus mempertanyakan apa yang sedang dilakukan pasangan, dengan siapa ia berbicara, atau bagaimana Anda terus mengamati dan memikirkan orang-orang disekitar Anda,"

"Jenis pikiran seperti itu dapat memicu orang dengan ROCD justru menguji pasangannya lewat menggoda orang lain, yang mana tidaklah sehat untuk sebuah hubungan. Cobalah untuk tetap tenang dan tunggu setidaknya 15 menit sebelum melakukan hal-hal yang bisa memicu pertengkaran," ujar Avigail.

Menuliskan perasaan Anda di buku atau ponsel juga dinilai dapat membantu. Dengan begitu, Anda bisa lebih memproses perasan yang sedang dialami.

3. Pertengkaran yang konstan

Meskipun penting untuk selalu menyelesaikan masalah dengan segera, terus-menerus bertengkar dalam suatu hubungan bukanlah sesuatu yang sehat. Avigail menjelaskan bahwa orang dengan ROCD dapat membuat masalah yang wajar menjadi masalah besar.

"Mereka bahkan mungkin memendam rasa frustasi sampai semua kemarahan dan dendam tercurah pada saat yang bersamaan. Ini dapat menyebabkan konflik besar dan membuat hubungan dipertanyakan secara keseluruhan. Carilah strategi baru untuk mengekspresikan emosi dengan cara yang positif," kaya Avigail.

"Gunakan komunikasi yang baik untuk mengekspresikan kebutuhan Anda. Dengan begitu, pasangan lebih dapat memenuhi hal-hal tersebut dan berilah mereka kesempatan untuk memahami bagaimana melakukannya," tambahnya.

Bagi orang-orang dengan ROCD, berbagai situasi yang berbeda dapat memicu serangan pada pikiran yang mengganggu. Selain dengan berkonsultasi dengan terapis, keraguan yang mengganggu tersebut dapat diatasi melalui praktik komunikasi yang sehat, afirmasi yang kuat, dan melatih untuk mengungkapkan rasa terima kasih pada pasangan. 

3 dari 3 halaman

Infografis