Sukses

PPKM Level 3 Selama Nataru, Epidemiolog: Bisa Berdampak Signifikan, Asal ...

Soal signifikansi kebijakan PPKM level 3, hal itu tergantung dari konsistensi dari tiga hal mendasar yakni 3T, 5M, dan vaksinasi.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengumumkan pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 selama Natal dan Tahun Baru (Nataru). Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan masyarakat dan menjaga kasus COVID-19 tetap terkendali.

Terkait penerapan PPKM level 3 selama Nataru, epidemiolog Dicky Budiman mengatakan hal itu memang bakal berdampak. Namun, soal signifikansi dampak, hal itu tergantung dari konsistensi dari tiga hal mendasar yakni 3T, 5M, dan vaksinasi.

3T yang terdiri dari testing, tracing, dan treatment ini merupakan tugas pemerintah. Lalu, 5M yang terdiri dari mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas merupakan upaya yang dilakukan masyarakat yang bukan hanya dilakukan jelang Nataru tapi dilakukan setiap hari. Vaksinasi COVID-19 digencarkan terutama pada kelompok berisiko.

"Tiga hal itu yang utama, yang dari sekarang hingga ke depan, termasuk setelah Nataru, harus dijaga konsistensinya," kata Dicky.

Tiga hal tersebut harus berjalan beriringan. Pada PPKM level 3 dan 4 artinya ada pembatasan yang lebih ketat pada kegiatan di tempat umum. Maka perlu dibarengi dengan upaya menemukan virus SARS-CoV-2 serta kemana penularan tersebut terjadi. Hal itu baru berdampak signifikan.

"Artinya, mau level 3 atau 4, enggak masalah. Esensinya ada 3T, 5M dan vaksinasi," kata peneliti dari Griffith University Australia lewat pesan suara ke Health-Liputan6.com, Jumat (19/11/2021).

Dari aspek 3T, tracing jadi sorotan Dicky. Hal ini menurutnya masih lemah dilakukan Indonesia. Tracing yang lemah membuat sumber penularan tidak segera ditemukan alhasil hal itulah yang membuat Indonesia masih dalam level penularan komunitas.

"Adanya keterisian pasien di fasilitas kesehatan itu adalah puncak gunung es. Masyarakat kita bukanlah yang sedikit-sedikit ke faslitas kesehatan. Artinya, kasus yang ada di rumah-rumah lebih banyak," kata Dicky.

 

2 dari 3 halaman

Tingkat Level Harus Berdasarkan Data Wilayah

Soal pemberlakuan PPKM level 3 jelang Nataru, Dicky lebih menyarankan pemerintah mengambil kebijakan tingkat level berdasarkan data yang sudah ada.

"Di review saja data-data daerah. Kalau dianggap memang harus level 3 ya level 3. Harus lihat data. Kan begitu," kata Dicky.

Dia berpendapat, jika ditetapkan Level 3 tapi data menunjukkan Level 1 maka harus ada justifikasi, kenapa? "Enggak bisa hanya karena kemauan pemerintah saja," tegas Dicky.

 

3 dari 3 halaman

Prediksi Kenaikan Kasus

Jelang momen libur panjang Nataru, Dicky memprediksi bakal terjadi kenaikan kasus di triwulan pertama 2022. Kasus bakal naik bila mitigasi pandemi yang mendasar tidak dijalankan dengan optimal.

"Memang bukan di Januari potensi peningkatannya," kata Dicky,

Sebenarnya, ancaman peningkatan kasus bisa dicegah dengan penerapan 3T, 5M, dan vaksinasi. Permasalahnya sekarang pada pelaksanaan PPKM pelonggaran belum terukur dan terkendali, kata Dicky. Lalu, distribusi vaksinasi COVID-19 belum merata.

"Kalau 3T ini menurun bahaya ini. Apalagi menghadapi momen Nataru," katanya.

Jelang momen besar seperti Nataru, testing harus ditingkatkan di lokasi yang benar. Boleh saja skrining di beberapa tempat umum serta pelacakan klaster-klaster.

"Lalu, lacak dengan betul peningkatan kasus di kabupaten-kota," sarannya.

Bila mitigasi dilakukan tepat, potensi gelombang COVID-19 berikutnya bisa dicegah.

Mengenai lonjakan kasus sedikit di masa pandemi itu memang hal yang tidak bisa dihindari tapi diharapakan jangan sampai ada kematian dan berkurang jumlah orang yang masuk rumah sakit. 

Â