Liputan6.com, Jakarta Merck & Co mengungkapkan hasil laporan terbaru mengenai obat eksperimental Molnupiravir dalam mengatasi COVID-19. Berdasarkan data terbaru, obat ini kurang efektif dalam mengurangi akan kematian dan perawatan di rumah sakit dibandingkan laporan sebelumnya.
Penggunaan Molnupiravir memang masih memberikan manfaat dalam mengurangi angka kematian dan perawatan di rumah sakit bagi pasien Corona. Namun, dalam penelitian teranyar hanya 30 persen mengurangi kasus perburukan. Hal ini diketahui lewat data dari 1.433 pasien seperti mengutip Aljazeera.
Baca Juga
Sementara itu, data sebelumnya di bulan Oktober menunjukkan obat ini bisa memangkas angka perburukan COVID-19 hingga 50 persen.
Advertisement
Berkurangnya kemanjuran obat besutan Merck & Co tentu berpengaruh besar terhadap pembelian obat tersebut. Saat ini saham Merck & CO turun sekitar tiga persen di pasar saham usai terdapat pemberitaan mengenai varian baru virus Corona B.1.1.529.Â
Sementara itu, Pfizer yang tengah mengembangkan Paxlovid menunjukkan hasil yang baik dari obat eksperimental COVID-19. Obat tersebut bisa mengurangi angka masuk rumah sakit dan kematian hingga 89 persen berdasarkan data 1.200 peserta.
Kedua obat eksperimental itu sama-sama untuk mengatasi orang yang terinfeksi COVID-19 tapi terdapat perbedaan mekanisme cara kerja. Merck & Co merancang Molnupiravir dengan memaskkan kesalahan ke dalam kode genetik virus. Sementara, Pfizer merancang obatnya untuk memblokir enzim yang dibutuhkan virus Corona berkembang biak.
Â
Rencana Indonesia Beli Molnupiravir
Sebelum ada rilis mengenai penurunan kemanjuran molnupiravir, Indonesia sudah merencanakan pembeliat obat tersebut.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin akan membeli 600.000 hingga 1 juta tablet Molnupiravir. Upaya ini guna memenuhi stok obat sebagai persiapan antisipasi gelombang ketiga COVID-19 pada masa libur akhir tahun 2021.
"Saya sudah ke Amerika Serikat dan bertemu dengan produsen obatnya, Merck. Sudah ada kesepakatan, rencana kita akan beli dulu sementara 600.000 sampai 1 juta tablet bulan Desember 2021," ungkap Budi Gunadi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta pada Senin, 8 November 2021.
Advertisement