Sukses

Hentikan Stigma dengan Memahami Cara Penularan HIV-AIDS yang Sebenarnya

Stigma terhadap pasien HIV-AIDS masih kerap terjadi. Padahal, cara penularannya pun tak semudah itu.

Liputan6.com, Jakarta Setiap tahunnya, tanggal 1 Desember selalu diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Meskipun sudah setiap tahun diperingati, sayangnya stigma terhadap pasien Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) masih kerap terjadi.

Padahal, penyakit satu inipun tidak menular dengan hanya berdekatan, lho. Sehingga, menjauhi pasien HIV-AIDS atau memberikan stigma pada mereka bukanlah langkah yang tepat. Lalu, bagaimana sebenarnya cara penularan HIV-AIDS yang sebenarnya?

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung dr. Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan bahwa penularan penyakit satu ini hanya bisa terjadi lewat hubungan seks yang berisiko, darah, dan ibu ke bayi.

"HIV harus kita ingat, dia hanya menular melalui pertama hubungan seks yang berisiko, baik pada hubungan heteroseksual maupun homoseksual," ujar dalam media briefing bertema Peringatan Hari AIDS Sedunia 2021 ditulis Selasa, (30/11/2021).

"Kemudian melalui darah, yaitu alat suntik yang tercemar ataupun melalui transfusi darah yang tidak disaring, dan dari ibu ke bayi. Saat kehamilan, melahirkan, dan menyusui," tambahnya.

Nadia menjelaskan, walaupun dapat menular lewat hal-hal tersebut. HIV-AIDS tentu dapat dicegah lewat berbagai cara. Berikut diantaranya.

1. Hindari hubungan seks berisiko

"Penularan melalui hubungan seks berisiko tentunya satu, tidak melakukan hubungan seks yang berisiko, setia pada satu pasangan. Kedua, menggunakan alat pelindung seperti kondom," kata Nadia.

Walaupun hubungan homoseksual yakni antara laki-laki dengan laki-laki dianggap memiliki risiko HIV yang lebih tinggi, hubungan seks yang berisiko baik pada heteroseksual maupun homoseksual sama-sama bisa menjadi wadah penularan.

2. Sterilisasi

"Penularan dari darah juga bisa kita lakukan. Kalau alat suntik, tentunya harus alat suntik sekali pakai. Tidak boleh berganti-gantian," ujar Nadia.

Sedangkan, dari transfusi darah kita bisa melakukan pemeriksaan laboratorium terlebih dahulu untuk menyaring transfusi darah supaya bebas dari penyakit HIV dan infeksi menular lainnya.

3. Deteksi sebelum kehamilan

Menurut Nadia, untuk menghindari penularan HIV dari ibu ke bayi, maka bisa dilakukan dengan deteksi sebelum kehamilan. Mengingat penularan pada ibu ke bayi bisa terjadi mulai dari masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui.

"Ibu mendeteksi sebelum kehamilannya, apakah kemudian dia menderita HIV dan kita memiliki program itu yang kita sebut sebagai Triple Eliminasi yaitu penawaran tes pada ibu hamil untuk kondisi-kondisi atau mencegah penyakit HIV, sifilis, dan hepatitis," kata Nadia.

Ketiga penyakit tersebut merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari ibu ke anaknya pada masa hamil, melahirkan, dan menyusui. Artinya, ibu yang positif HIV, sifilis, atau hepatitis dapat melakukan pengobatan jika diketahui lebih awal.

2 dari 3 halaman

Posisi virus HIV

Dalam kesempatan tersebut, Nadia pun mengingatkan kembali bahwa virus HIV hanya terdapat pada empat hal yakni darah, cairan sperma, cairan vagina, dan juga air susu ibu (ASI).

"Jadi kalau kita makan bersama, menggunakan alat makan bersama, ataupun penggunaan seperti kamar mandi bersama, itu tidak akan menularkan HIV," ujar Nadia.

Sehingga seharusnya, kita pun tak perlu takut untuk berinteraksi ataupun melakukan kegiatan bersama orang dengan HIV-AIDS (ODHA). Mengingat penularannya pun tak semudah itu untuk terjadi.

3 dari 3 halaman

Infografis