Liputan6.com, Jakarta - Dunia internasional pada Rabu, 24 November 2021, digegerkan dengan diidentifikasinya varian Omicron di Afrika Selatan.
Kegegeran makin menjadi-jadi ketika pada Jumat, 26 November 2021, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa varian Omicron atau B.1.1.529 masuk dalam kategori yang wajib jadi perhatian atau Variant of Concern (VoC).
Dijelaskan Juru Bicara Penanganan COVID-19 RI, dr Reisa Broto Asmoro bahwa semua virus pada dasarnya bermutasi. Tidak terkecuali SARS-CoV-2 sebagai bagian dari keluarga Virus Corona.
Advertisement
Baca Juga
Bahkan, kata Reisa, virus Corona terus bermutasi sejak pertama kali teridentifikasi di Wuhan, China, dua tahun yang lalu atau tepatnya Desember 2019.
"Mutasi ada perubahan genetik virus, dan virus yang sudah berubah dari aslinya atau yang disebut bermutasi itu tadi yang kita kenal dengan sebutan varian," kata Reisa saat konferensi pers di kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Rabu sore, 1 Desember 2021.
"Dalam konteks ini, artinya varian Omicron, memiliki sifat yang berbeda dari yang sebelumnya ditemukan, yaitu Alpha, Beta, Gamma, Delta, dan varian pendahuluanya," Reisa menambahkan.
Â
Varian Virus Corona Menyebar Lebih Mudah
Lebih lanjut Reisa, mengatakan, beberapa varian Virus Corona memang menyebar lebih mudah dibandingkan yang lain, seperti varian Delta yang telah menyebabkan peningkatan laju penularan.
Hal tersebut terpampang nyata di Indonesia pada Juli 2021. Saat itu, rumah sakit penuh dengan pasien COVID-19. Serta angka kematian yang merangkak terus dari hari ke hari.
"Apa dampaknya mutasi virus ini terhadap kehidupan? Mutasi yang membuat varian menjadi lebih cepat menular akan menambah beban pada rumah sakit dan tentunya tenaga kesehatan, yang membuat pasien rawat inap jadi melonjak tinggi," katanya.
Tak hanya itu saja, ruang gawat darurat pun menjadi penuh dan pada akhirnya kasus kematian meningkat lantaran para pasien tidak mendapat perawatan yang optimal.
Efek domino akan dirasakan. Terganggunya sistem kesehatan turut emengaruhi perawatan pasien penyakit lain, selain COVID-19.
Itu mengapa mencegah atau menekan kemungkinan virus bermutasi lebih banyak lagi harus dilakukan bersama-sama.
"Bagaimana caranya? Tetap lanjutkan ketaatan kita menerapkan protokol kesehatan, terutama menggunakan masker dan promosikan vaksinasi COVID-19," ujarnya.
Â
Advertisement
Varian Delta Mendominasi
Reisa juga mengatakan bahwa para ahli percaya telah mengidentifikasi banyak mutasi pada varian Omicron, terutama pada bagian dari virus yang memasuki sel manusia atau yang disebut dengan Spike Protein.
"Para ilmuwan mengatakan bahwa mutasi serupa ditemukan pada varian lain, seperti Delta yang membuat penularan lebih cepat," katanya.
"Saat ini, varian Delta yang pertama kali didokumentasikan di India pada Oktober 2020 adalah jenis yang paling dominan. Lebih dari 90 persen dari data sequence genetic sample virus global diidentifikasi sebagai varian Delta ini," pungkas Reisa.
Infografis Jurus Indonesia Tangkal Varian Omicron
Advertisement