Liputan6.com, Jakarta - Hingga saat ini, pelayanan untuk penyakit kanker di Indonesia masih belum sepenuhnya merata. Hal tersebut pun akhirnya memicu terciptanya program telementoring Extension for Community Health Outcome (ECHO) bagi para pasien kanker di daerah.
ECHO sendiri merupakan program telementoring yang dilakukan oleh RS Kanker Dharmais dan perusahaan farmasi Roche Indonesia. Program ini juga telah didukung oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sejak peluncurannya beberapa waktu lalu.
Baca Juga
"Salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian atau menjadi prioritas adalah kanker," ujar Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan (PKR) Kemenkes RI dr. Siti Khalimah, SpKJ, MARS dalam media briefing bertema Pelatihan Pertama Telementoring ECHO, Kamis (2/12/2021).
Advertisement
Menurut Siti, penyakit kanker di Indonesia memiliki prevalensi yang tinggi, membutuhkan biaya tinggi, serta angka kematian yang tinggi. Sehingga, ia pun sangat berharap program ECHO bisa berjalan dengan baik.
"Ini sejalan dengan transformasi Kemenkes. Saat ini kita sedang melakukan transformasi sistem kesehatan di Indonesia untuk melakukan percepatan penanganan masalah-masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya kanker," kata Siti.
Siti menjelaskan bahwa sebelumnya Kemenkes telah melakukan program stratifikasi dan jejaring pengakuan, dimana rumah sakit untuk penanganan kanker pun dipetakan sesuai dengan kompetensi.
Sehingga, rumah sakit yang berada pada kompetensi belum memadai pun akan diberikan pengampuan oleh rumah sakit dengan kompetensi yang lebih tinggi. Salah satu metode dalam pengampuan tersebut bisa dilakukan melalui program ECHO.
ECHO awalnya merupakan inisiatif dari University of Mexico, yang saat ini sudah diadopsi oleh hampir 40 negara. Model ECHO akan menghubungkan penyedia layanan di daerah dengan mereka yang ada di rumah sakit pusat rujukan.
"Sangat berharap ini bisa berjalan lancar karena bisa memperpendek jarak, efisien, komunikasi bisa dilakukan kapan saja," ujar Siti.
Terlebih, Siti menambahkan, pembahasan kasus juga akan dilakukan secara langsung. Sehingga para tenaga medis dan praktisi di daerah pun bisa saling belajar lewat program tersebut. Â
Empat konsep program ECHO
Dalam kesempatan tersebut, Access Communications and Health System Value Strategy Chapter Lead Roche Indonesia, Lucia Erniawati turut menyampaikan bahwa sesi dalam program ECHO akan dilakukan satu sampai dua minggu sekali.
"Diharapkan dengan konsep telementoring ini, maka terjadi transfer pengetahuan dari para ahli di rumah sakit pusat kepada dokter-dokter di daerah," ujar Lucia.
"Sehingga mereka mampu melakukan tata laksana kanker di daerahnya, tanpa harus setiap kali merujuk pasien ke pusat-pusat rujukan. Dengan demikian diharapkan penyakit kanker bisa ditangani lebih dini dan hasilnya juga bisa lebih baik lagi," tambahnya.
Tak hanya itu, Lucia pun mengungkapkan bahwa ada empat konsep dalam pembelajaran ECHO. Pertama, amplifikasi, dimana teknologi digunakan untuk menyampaikan pengetahuan terutama di daerah yang memiliki keterbatasan resources dalam hal fasilitas dan tenaga medis.
Kedua, share based pratice, dimana praktek-praktek terbaik di sentral rujukan bisa diaplikasikan di rumah sakit daerah. Ketiga, case based learning, dimana kasus yang akan dihadapi memang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
"Keempat, monitor outcome. Artinya proses pembelajarannya tidak hanya begitu saja, semuanya di capture dan ditangkap dalam sebuah platform database sehingga bisa dipelajari oleh semakin banyak klinisi atau praktisi kesehatan," ujarnya.Â
Advertisement