Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Dedy Permadi meminta masyarakat berhati-hati dengan sebaran hoaks varian Omicron. Varian yang masuk kategori Variant of Concern (VoC) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini menjadi perhatian global.
Penemuan varian Omicron, menuntut seluruh elemen masyarakat semakin waspada dan berhati-hati, termasuk menyikapi hoaks dan disinformasi tentang varian tersebut yang mungkin timbul. Hoaks dan disinformasi masih menjadi salah satu kendala utama pengendalian pandemi COVID-19.
Advertisement
Baca Juga
“Informasi tentang varian COVID-19 Omicron masih terus dipelajari. Pemerintah secara berkala akan memutakhirkan langkah antisipasi dan sosialisasinya," terang Dedy melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Kamis (2/12/2021) malam.
"Kami berharap masyarakat waspada dan terus menerapkan protokol kesehatan secara disiplin serta berhati-hati terhadap penyebaran hoaks dan disinformasi tentang varian ini. Masyarakat, kami minta untuk selalu mengakses informasi atau data dari sumber terpercaya."
Pemerintah telah melakukan tindakan cepat guna mengantisipasi varian Omicron agar tidak masuk ke Indonesia. Sejalan dengan langkah tersebut, Pemerintah meminta tetap mengoptimalkan perlindungan kesehatan dengan disiplin protokol kesehatan, segera melakukan vaksinasi, dan mencari informasi dari sumber yang kredibel.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Sebaran Hoaks Seputar COVID-19 Masih Ditemukan
Dedy Permadi memaparkan, persebaran hoaks dengan beragam isu tentang COVID-19 masih ditemukan di media sosial. Dari data Kementerian Kominfo, sejak Januari 2020-2 Desember 2021 telah mengidentifikasi berbagai hoaks dan disinformasi.
“Telah ditemukan sebanyak 2.010 isu hoaks COVID-19 pada 5.194 unggahan media sosial, dengan persebaran terbanyak pada platform Facebook sejumlah 4.493 unggahan,” beber Dedy.
Pemutusan akses telah dilakukan terhadap 5.051 unggahan tersebut dan 143 unggahan lainnya sedang dalam proses tindak lanjut. Untuk hoaks tentang vaksinasi COVID-19, ditemukan 401 isu hoaks pada 2476 unggahan media sosial.
Seperti halnya hoaks COVID-19, isu hoaks terkait vaksinasi COVID-19 juga terbanyak didapatkan pada platform Facebook sebanyak 2.284 unggahan. Pemutusan akses telah dilakukan terhadap 2.476 unggahan hoaks vaksinasi COVID-19 ini.
Terkait penambahan isu hoaks dan sebaran konten hoaks di sosial media minggu ini, Dedy mengatakan, ada peningkatan pada pekan ini dibanding pekan lalu. Isu hoaks COVID-19 pekan ini bertambah 11 isu dan 32 unggahan hoaks.
Tercatat pada pekan sebelumnya, pertambahan isu hoaks COVID-19 sejumlah 8 isu dan 31 unggahan. Kemudian isu hoaks tentang vaksinasi COVID-19, bertambah sejumlah 6 isu dan 27 unggahan hoaks pada minggu ini. Pada pekan sebelumnya, isu hoaks vaksinasi COVID-19 bertambah 5 isu dan 24 unggahan hoaks.
Advertisement
Informasi Sesat Hambat Pelaksanaan Vaksinasi
Ada 18 isu hoaks seputar COVID-19 yang beredar selama seminggu terakhir, Dedy Permadi menyebutkan beberapa contoh hoaks dan disinformasi yang perlu ditangkal bersama, di antaranya:
- [Hoaks] Pemerintah terapkan PPKM Level 4 pada 24 Desember 2021 karena ada varian baru COVID-19 (28 November 2021)
- [Disinformasi] 2.620 bayi meninggal akibat efek samping vaksin COVID -19 (29 November 2021)
- [Hoaks] kasus positif COVID-19 di DKI Jakarta meledak pada akhir November 2021 (30 November 2021)
- [Misinformasi] varian Omicron sudah ada sejak Juli 2021 (30 November 2021)
- [Hoaks] varian Omicron tidak terdeteksi Tes PCR (1 Desember 2021)
- [Hoaks] FDA Amerika Serikat menolak Suntikan Booster Vaksinasi Pfizer karena berpotensi menyebabkan infeksi pada hati (1 Desember 2021)
Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk mendukung Pemerintah dalam merespons dan menindaklanjuti hoaks seputar COVID-19 yang ada. Informasi yang menyesatkan tentang vaksinasi dapat menghambat upaya vaksinator melakukan vaksinasi di berbagai daerah.
Yakni ketika masyarakat menolak divaksin karena terlanjur memercayai hoaks.
“Kami imbau peran aktif setiap individu untuk membantu penanganan pandemi ini dengan tidak membuat dan tidak menyebarkan informasi yang keliru. Mari, kita pertahankan situasi yang terkendali ini dengan cara tetap disiplin prokes, vaksinasi, bersama-sama menangkal hoaks dan disinformasi,” tutup Dedy.
Infografis Cek Fakta: Kumpulan Hoaks Seputar Covid 19 terbaru yang beredar di WhatsApp
Advertisement