Liputan6.com, Lumajang - Akademisi dan Praktisi Klinis, Ari Fahrial Syam, menjelaskan, debu dari gunung meletus seperti Gunung Semeru bisa secara langsung menyebabkan gangguan kesehatan pada mata, kulit, maupun saluran pernapasan.
Efek akibat terhirup debu, kata Ari, juga bisa muncul dua minggu setelah debu tersebut bertahan dalam sistem pernapasan manusia sehingga menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawah.
Baca Juga
Bahkan jika kandungan silika terus bertahan di paru-paru dalam jangka panjang, Ari menyebut bahwa hal tersebut bisa menyebabkan silikosis.
Advertisement
"Silikosis adalah suatu kondisi yang pada akhirnya membuat fungsi paru-paru akan menurun," kata Ari dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Sabtu, 4 Desember 2021.
Terkait dengan peristiwa meletusnya Gunung Semeru pada Sabtu siang tadi sekitar pukul 15.20 WIB, hal yang menjadi perhatiannya adalah apa kandungan yang terdapat di debu vulakanik tersebut, serta apa pula dampaknya bagi kesehatan. Baik saat ini maupun jangka panjang.
Kemudian, bagaimana pula sumber air bersih yang terkontaminasi apakah layak digunakan? Serta bagaimana tanaman dan hewan yang terpapar dengan debu vulkanik? Belum lagi jika peralatan listrik dan mesin-mesin yang terkena debu, ini apakah akan rusak?
"Fakta yang ada saat ini, memang bahwa debu vulkanik akan menyebabkan perih pada mata dan menimbulkan gangguan pernapasan berupa batuk dan sesak napas. Pada kulit pun menyebabkan gatal-gatal jika kita terpapar debu vulkanik ini," ujarnya.
Dijelaskan Ari, debu vulkanik telah menyebabkan jalan-jalan raya di beberapa kota seputar Gunung Semeru menjadi licin dan berlumpur setelah hujan tiba dan menyebabkan beberapa kecelakan.
"Pertanyaan seputar dampak akan debu ini harus dijawab. Perlu dilakukan survei kesehatan dan observasi yang terus menerus di rumah-rumah sakit dan tempat-tempat mengungsian mengenai kasus-kasus penyakit yang ditemukan," Ari menekankan.
Infografis Ancaman dan Bahaya Letusan Gunung Semeru
Advertisement